Sigmund Freud: Interpretation of Dream, Bagaimana Mimpi Bekerja?

Syamsul Arifin
 
 
-

Kebanyakan dari kita menganggap bahwa mimpi tidak berarti apa-apa. Tapi pernah kah kalian berpikir bagaimana cara kerja mimpi atau dari mana datangnya mimpi? Esai ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita terhadap mimpi dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. 

Mimpi hanyalah impuls otak yang menarik pikiran dan citra acak dari ingatan kita. Teori ini menunjukkan bahwa manusia membangun cerita mimpi setelah mereka bangun. Ini adalah upaya alami untuk memahami semuanya. Mimpi terbentuk dari tugas indera pada tubuh kita. Sesuatu yang kita dengar, lihat, rasakan, adalah rangkaian yang dapat membentuk jalannya mimpi. Terkadang cerita dalam mimpi berlangsung cukup masuk akal dan terkadang pula hanyalah gambaran cerita yang abstrak. Dalam Medical News Today, oleh Hannah Nichols, ia mengatakan bahwa mimpi merupakan cerita dan gambar yang diciptakan oleh pikiran kita saat kita tertidur, dan cerita yang dihasilkan mimpi tersebut dapat berlangsung bahagia, romantis, sedih, dan bahkan aneh. Lalu muncul pertanyaan, apakah mimpi mewakili hal-hal yang kita inginkan yang terpendam di alam bawah sadar? Ya, terdapat beberapa jawaban yang mungkin, di antaranya, benar bahwa mimpi dapat saja muncul dari sesuatu yang kita inginkan ataupun tidak kita inginkan, sehingga hal tersebut memicu alam bawah sadar untuk merekam sensitivitas perasaan tersebut dan nantinya akan diproyeksikan ke dalam bentuk mimpi. Mimpi juga bisa terbentuk oleh sinyal acak dari otak dan tubuh selama tidur, maksudnya adalah bahwa mimpi dapat juga tergantung pada kondisi jasmani maupun pikiran yang dapat mengontrol alam bawah sadar untuk mentransmisikan ke dalam citra mimpi. Lalu dari mana mimpi berasal? Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mimpi berasal dari hasil konsolidasi yang memproses informasi yang dikumpulkan setiap hari. Mimpi juga dapat dimungkinkan bahwa ia bekerja sebagai bentuk psikoterapi. 

● Apakah Mimpi memiliki Tujuan?

Beberapa peneliti berspekulasi bahwa mimpi memiliki fungsi dan tujuan yang bermanfaat bagi tubuh, di antaranya; mimpi sebagai pemrosesan ulang memori ingatan, otak bekerja mengkonsolidasikan tugas belajar dan memori, dan mendukung agar kesadaran tetap terjaga. Mimpi juga dapat dikatakan sebagai tindakan preventif atau mempersiapkan kemungkinan ancaman di masa depan. Mimpi sebagai simulasi kognitif, mimpi merupakan bagian dari pikiran yang aktif selama melamun. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa mimpi dapat membantu mengembangkan kognitif. Mimpi juga mencerminkan fungsi mental atau cara kerja alam bawah sadar dengan cara psikoanalitik. Bagi Freud, mimpi itu lahir dari keadaan kesadaran yang cukup unik dengan menggabungkan citra masa lalu yang ditangkap memori, kemudian menstimulus otak dan menampilkan sinyal acak yang menciptakan mimpi itu sendiri.

Jika masih bingung dengan arti dari mimpi itu sendiri, rangkuman dari beberapa penjelasan di atas didapat bahwa mimpi merupakan pengalaman manusia yang universal yang digambarkan dengan kesadaran yang ditandai dengan kejadian-kejadian yang bersifat sensorik, kognitif dan emosional ketika sedang tidur. 

● Bagaimana Memaknai Mimpi?

Dalam Interpretation of Dreams dijelaskan bahwa mimpi merupakan apa yang terlintas dalam pikiran dan hal tersebut dapat memengaruhi isi mimpi kita. Setiap orang memiliki citra mimpi yang unik, karena permasalahan serta kebahagiaan mereka diukur pada suatu elemen yang berbeda-beda pula. Terdapat salah satu konsep yang oleh Freud dinamakan sebagai “represi” dengan penjelasan bahwa ingatan yang tidak diinginkan dapat ditekan dalam pikiran, tetapi mimpi lah yang akan membiarkan ingatan itu pulih kembali. Beberapa ahli yang meneliti tentang mimpi ini sepakat bahwa mimpi itu terbentuk oleh kehendak serta apa yang kita lakukan selama kita masih terjaga. Kompleksitas terbentuknya mimpi tidak hanya selalu berkaitan dengan pengalaman masa lalu, ia juga dapat dipengaruhi oleh rangsangan eksternal yang dapat memengaruhi emosional mimpi. Untuk menjawab pertanyaan di atas, seharusnya kita sudah mengetahui jawabannya, bahwa mimpi bukan lah sesuatu yang harus dimaknai secara berlebihan, bahkan ia sendiri hadir atas pengalaman-pengalaman kita sebelumnya, abstraksi cerita yang dihasilkan dalam mimpi merupakan gabungan dari pecahan-pecahan atas masalah kita (persoalan inderawi). 


SUMBER:

Freud, Sigmund. 1994. The Interpretation of Dreams. Barnes & Noble.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/284378, diakses pada 20/02/2022.  

Adler, A. (1936). On the interpretation of dreams. Int. J. Indiv. Psychol



Posting Komentar

0 Komentar