Supernatural Carl Gustav Jung: Innate Sensitivity, Sinkronisitas, dan Hukum Kausalitas

Penulis: Syamsul Arifin
 
 
-
Carl Gustav Jung dikenal sebagai sosok yang memperkenalkan ide-ide mengenai arketipe, teori kesadaran kolektif dan sinkronisitas hingga hukum kausalitas. Hal ini yang menjadikan ia sebagai seseorang yang sangat disegani oleh beberapa tokoh Psikologi lain. Salah satunya ialah psikolog berkebangsaan Amerika yang bernama Elaine Aron yang sangat memuji penemuan Jung mengenai “innate sensitivity” atau dengan kata lain sering disebut juga sebagai sensitivitas bawaan yang sangat berkaitan erat dengan pendekatan dan kepercayaan supernatural Carl Gustav Jung. Menurut Aron, sekitar 15-20% populasi yang memiliki sensitivitas bawaan yang tinggi mengalami pembedaan pada cara memproses rangsangan eksternal daripada mayoritas yang tidak memiliki sensitivitas bawaan yang tinggi. Innate sensitivity secara tidak langsung memiliki keterkaitan dengan pendekatan supernatural Jung.

Carl Jung membahas innate sensitivity ini berangkat dari pengalamannya sendiri. Ia mengalami beberapa keadaan supernatural. Salah satunya yaitu pada 1924 di Bollingen, Jung mengalami pertemuannya dengan “dunia lain”. Hal tersebut dirasakan sebab ia memiliki sensitivitas bawaan yang tinggi. Pada malam hari, Jung mendengar suara langkah kaki dan musik yang mendekat ke arah Jung berada, namun ia tidak yakin apakah itu hanya sebuah mimpi atau bukan, dan kejadian tersebut berulang. Kemudian Jung mencari tahu fenomena yang dirasakannya tersebut, ia menemukan sebuah kronik pada abad ke-17 dengan penulis bernama Renwart Cysat yang memiliki pengalaman serupa yang berlatar di pegunungan Alpen Swiss. Jung mengatakan bahwa penglihatan sangat sering berkorespondensi dengan realitas eksternal, dan Jung merasa bahwa kesendiriannya selama ini melahirkan kepekaan terhadap inderanya sehingga ia dapat memahami keadaan-keadaan yang sempat dialaminya tersebut. Jung pun sebenarnya kurang dapat meyakini hal tersebut karena tidak memiliki penjelasan cukup mapan dan rasional untuk memaparkan kejadian-kejadian yang ia alami, namun ia dengan sangat yakin bahwa yang dialaminya tersebut berkaitan dengan penemuannya yang disebut dengan “sinkronisitas”. Sinkronisitas sendiri merupakan hubungan dua peristiwa yang tidak saling memiliki keterkaitan antara satu sama lain namun memiliki makna yang sama atau yang dapat merelasikan kedua peristiwa tersebut.

Carl Jung menganggap bahwa meskipun innate sensitivity sangat penting untuk menjelaskan pengalaman pribadinya dengan dunia lain, tapi yang lebih menarik untuk ditanyakan bukanlah “apakah makhluk lain benar-benar ada?” melainkan “siapa yang dapat melihat makhluk non-eksistensial tersebut?”. Telah disinggung juga sebelumnya bahwa mungkin hal ini berkaitan dengan sinkronisitas yang Jung pahami. Sinkronisitas ini pun tidak terlepas dari hubungannya dengan ruang-waktu yang mana hal demikian selaras dengan penemuan fisika kuantum. Namun untuk memikirkan innate sensitivity ini tidak perlu lebih jauh kepada pembahasan saintifik, sebab menurut Jung ini semua berkaitan dengan jiwa manusia dan hanya akan lebih mudah dipahami jika membahas dalam lingkup manusia.

Innate sensitivity memengaruhi beberapa individu yang mengalaminya. Hal ini disebabkan oleh pengalaman negatif masa kecil sehingga ketika berada di bawah tekanan untuk beradaptasi pada beberapa tantangan, mereka mundur dan menggunakan fantasinya berdasar pengalaman-pengalamannya dan menjadikan itu sebagai neurotik. Innate sensitivity ini telah banyak diuji oleh beberapa peneliti dan mereka mengaitkan ini dengan pengalaman empirik dan secara menyeluruh hal ini berkaitan dengan pengalaman. Tetapi ada juga yang menjelaskan hal ini secara fisiologis, “high sensitivity” pernah dijelaskan oleh Gray pada tahun 1981 dan 1985, ia menyebutnya sebagai sistem penghambatan perilaku (sistem septo-hippocampal). Penjelasan ini mengarah pada hubungan antara sesuatu yang dirasakan hari ini dengan pengalaman masa lalu yang dialami. Gray juga menganggap hal demikian sebagai suatu bentuk kecemasan, tapi ia pun meragukan hal tersebut, ia tidak memiliki penjelasan yang cukup mapan untuk meyakini itu. Dalam model lain dengan pendekatan yang sama, Gray mengidentifikasi sistem aktivasi perilaku; mengarah pada rasa ingin tahu yang kuat atau orientasi pada sifat pencarian sensasi.

Namun hingga saat ini innate sensitivity yang digagas oleh Carl Jung belum mencapai resolusi analisis mengenai subjek tersebut, mengingat banyak perspektif yang muncul dengan adanya ide maupun gagasan tersebut.

  • BIOGRAFI CARL GUSTAV JUNG

Carl Gustav Jung lahir pada 26 Juli 1875 dan meninggal pada 6 Juni 1961. Ia seorang psikolog yang sangat berpengaruh yang mendirikan bidang psikologi analitis. Jung dikenal karena teorinya tentang ketidaksadaran manusia, termasuk gagasan bahwa ada ketidaksadaran kolektif yang dimiliki semua orang. Dia juga mengembangkan jenis psikoterapi (terapi analitis) yang membantu orang untuk lebih memahami pikiran bawah sadar mereka. Selain itu, Jung dikenal karena teorinya tentang tipe kepribadian, seperti introvert dan ekstrovert.

 

  • REFERENSI

Hopper, Elizabeth. 2018. The Life of Carl Jung, Founder of Analytical Psychology. https://www.thoughtco.com/biography-of-carl-jung-4164462, diakses pada 7 Februari 2022.

Aron, Elaine N. 2004. Revisiting Jung’s Concept of Innate Sensitiveness. Journal of Analytical Psychology. 49(337-367).

Richter, Claudia. Carl Gustav Jung and The Ghosts. JSTOR. 58-70.

Posting Komentar

0 Komentar