Hikayat Nasrudin Hoja: Konsep Keadilan menurut Tuhan

Alva Rizky

 


Dalam perjalanan hidup di dunia ini, manusia sebagai makhluk yang memiliki keterampilan dalam berpikir dengan memiliki akal sebagai fondasi untuk memungkinkan manusia itu memikirkan dan bertindak sebagaimana apa yang ia pikirkan. Maka, dalam hal ini manusia identic sebagai pengembara di tengah dunia, yang kerap mendapati berbagai tantangan dan pergumulan yang silih ganti datang menghadang. Kehidupan manusia yang acak kerap mempertanyakan akan bagaimana keberadaan dari makna kehidupan tersebut, ada yang dapat memenuhi berbagai kebutuhannya, ada yang merasa cukup akan hidupnya dan disisi lain terdapat manusia yang cenderung tidak pernah puas akan hidupnya. Lantas, ini kerap ditanyakan apakah Tuhan adil terhadap makhluknya? Adapun yang saya yakini bahwa tuhan memiliki rahasianya dalam memberikan keadilan yang tentunya hanya tuhan yang memahami itu.

Kehausan serta keserakahan manusia yang menjadi titik bahwasannya konsep keadilan tuhan membuat pertanyaan ini tetap hadir sepanjang sejarah umat manusia. Seperti apa keadilan versi Tuhan, dapatkah manusia melihat tolak ukur keadilan yang dapat diperlihatkan oleh tuhan. Tentunya ini sulit untuk melihat jika kita sebagai manusia tidak membuka mata, pikiran dan hati layaknya manusia. Tapi, memang pada dasarnya manusia yang egois justru tidak sadar dan sebagian besar akan cenderung merasa Tuhan tidak adil karena yang bisa terlihat hanyalah dunia sehingga itu patokan adil yang dipahami manusia. Sebagai manusia kita perlu menyadari apa kekurangan dan mengakui akan keterbatasan kita sebagai manusia, yang kemudian akan mencuatkan bentuk ketenteraman jiwa atau simflikasinya keadaan syukur. 

Mengenai keadilan, seperti apa keadilan terhadap manusia itu, saya mungkin disini akan memberikan gambaran untuk mengkomparasikan terhadap realitas saat ini yang mengalami berbagai kekacauan, perang, ketidakstabilan politik ekonomi serta social, fenomena krisis pangan serta berbagai isu yang nestapa berbagai negara di belahan dunia. Manusia dibagian yang kerap mengalami kekacauan dan krisis tersebut tentunya dibuntuti ketidakamanan dan merasa hidup yang kerap mengancam diamanapun itu. Lantas ketika sudut pandang dunia menjadi patokan tentu itu merupakan tidak adil, keadaan yang menyeramkan dan mengharukan. Dimana mereka tidak dapat merasakan kebahagiaan dan tak sempat mengeksplorasi diri lebih jauh. Menurut tuhan, tentunya jelas berbeda. Asumsi lain yang justru memungkinkan orang-orang yang dilingkupi rasa tidak aman tersebut bisa saja mendapati keadilan yang berbeda menurut Tuhan nantinya. Ya, siapa yang tahu, Tuhan telah persiapkan bagi mereka. Karena konsep keadilan Tuhan tidak hanya terbatas pada kehidupan dunia yang kita pahami saat ini. 

Pada dasarnya manusia yang percaya akan tuhan dan berbagai keyakinan yang mereka Imani, memiliki versi keadilan dari tuhan kepada manusia. Sehingga, peristiwa ketidakadilan yang menimpa dibelahan dunia tadi menjadikan gambaran yang sepatutunya untuk kita kembali merefelksikan terhadap fenomena yang telah diperlihatkan oleh dunia yang sepatutnya kita merasakan syukur akan keadaan yang seperti sekarang, kita bisa duduk sambil menikmati kopi serta membaca buku.

Kendatipun telah hidup tanpa kekacauan dalam realitas negara yang relatif damai, disisi yang berbeda manusia kerap mengeluh akan kehidupannya yang melabeli bahwa tuhan tidak adil, yang kerap menyalahi bahwa tuhan itu tidak adil. Padahal keadilan menurut tuhan itu yang tidak disadari oleh kita sebagai manusia, yang bahkan tanpa disadari melalui akal dan logika. Saya pernah membaca melalui buku yang menceritakan pelbagai cerita singkat salah satunya mengenai konsep keadilan tuhan dari seorang sufi Turki yang dikenal sebagai orang yang bijak dan humoris yaitu Nasruddin Hodja, ia dilabeli sebagai filsuf oleh orang-orang karna kebijaksanaanya tersebut. Sedikit mengenai Nasrudim Hodja, ia merupakan sosok figur legendaris, sufi yang bijak dengan melontarkan pertanyaan aneh pemancing tawa sembari mengundang teka teki. Mengenai cerita tersebut sedikit dipahami bagaimana konsep keadilan tuhan itu, dimana ceritanya seperti ini:

Pada suatu ketika, terdapat empat anak yang menghampiri Nasruddin Hodja. Keempat orang bocah tersebut membawa sekeranjang yang penuh akan kenari. Disaat itu, mereka menginginkan Nasruddin Hodja untuk membagikan kurma tersebut secara adil.
“Hodja, kami tidak bisa membagi kenari ini di antara kami secara merata. Jadi, maukah Anda membantu kami?”
Kemudian, Nasruddin bertanya “Kalian menginginkan aku membagikan kenari ini dengan cara manusia atau cara tuhan?”
Setelah berpikir keempat anak sepakat seraya menjawab “Lakukan dengan cara tuhan”
Setelah mendengar permintaan tersebut, Hodja kemudian membuka kantong tersebut dan memberikan dua genggam penuh kenari pada anak pertama, satu genggam pada anak kedua, anak ketiga hanya mendapati dua butir kenari, hingga pada bocah keempat, ia tidak diberikan sama sekali oleh Hodja.
“Pembagian macam apa ini?” tanya mereka dengan kebingungan.
“Ya, jika kalian ingin cara tuhan maka begitulah konsepnya” Nasruddin menjawab. Kemudian Nasrudin kembali bercetus “Segolongan Ia beri dalam jumlah banyak, segolongan lain Ia beri sedikit, dan ada pula yang tak Ia beri sama sekali. Jika sebelumnya kalian memintaku untuk membagikan kenari dengan cara manusia saya akan memberikan jumlah yang sama banyaknya untuk masing masing kalian.”

Melalui cerita itu Nasruddin Hodja sejatinya sedikit menggambarkan bagaimana neraca pembagian dan keadilan menurut Tuhan betapa Nasruddin menggunakan logika berpikir yang tidak lazim. Walaupun Hodja menjelaskan itu secara sederhana konsep keadilan yang bahkan dapat dipahami oleh anak-anak. Terlihat cerita tersebut semacam bentuk penghiburan diri, namun jika kita berkaca ada begitu banyak hal yang tuhan berikan namun manusia cukup buta dalam melihat kenikmatan dan kebahagian apa yang ia peroleh di hidupnya. Dimana, manusia cenderung hanya melihat keadilan sebagai suatu konsep pembagian yang sama rata atau sama banyaknya. Padahal itu menunjukkan bahwa keterbatasan mereka terhadap konteks yang berlangsung terhadap suatu fenomena dalam hidup ini.  

Konsep keadilan dengan cara tuhan tentunya punya cara yang berbeda dari yang umumnya seperti keadilan yang dipahami manusia. Sebab, ada suatu keterbatasan manusia untuk memahami seperti apa keadilan yang tuhan berikan kepada manusianya. Sebagai seseorang yang percaya tuhan yang merupakan pencipta alam semesta ini tentu memiliki konsep keadilan dimana ada suatu bentuk kecenderungan di dunia ini yang dapat semua orang rasakan baik mereka yang kaya maupun mereka yang miskin. Namun pembagian yang diberikan tuhan dalam konsep keadilan ini memiliki porsi yang sesuai dengan kapasitas masing-masing dan sesuai dengan penempatannya. Adapun ini menyangkut keseluruhan kehidupan di langit & bumi yang sangat luas, besar, dalam, dan tak terjangkau makhluk manapun. Barangkali, ini sebagai refleksi yang mungkin secara biasnya tolak ukur manusia itu tidak terasa adil, tetapi Tuhan itu adil bagi seluruh semesta sehingga semuanya berpadu dan tetap berjalan hingga kini.

 

Posting Komentar

0 Komentar