Keterlambatan Korea Utara menuju Modernitas

Alva R


Mendasari pertanyaan mengapa korea utara mengalami proses modernisasi yang lebih lamban, Negara korea Utara memiliki hal yang ontentik pada negaranya yang menjadikan ini sebagai ciri khas dari negara tersebut. Korea Utara yang dikenal akan kebijakannya yang keras nan tegas ini menjadi sorotan dan membuat perhatian dalam dunia, adapun pemimpin yang otoriter memberikan pengaruh terhadap stabilitas geopolitik negaranya sendiri

Negara korea utara merupakan negara yang menutup dirinya dari dunia internasional dari bisa dilihat bahwa kehidupan sosial politik disana sulit untuk terekspos keluar sehingga mengantisipasi kebocoran informasi lain keluar dari negara korea utara. Bentuk pemerintahan negara korea berhaluan sosialis komunis dan memiliki ideologi tersendiri yakni Juche dimana ideologi ini yang diperkenalkan oleh konstitusi Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) pada 1972. Ideologi ini mengandung arti kemandirian negara dalam membangun, menentukan nasib dan mempertahankan diri. Jadi korea utara disini dalam idealismenya lebih menekankan untuk berdiri diatas kaki sendiri atau Independen dan menjadi pandangan hidup orang Korea Utara serta digunakan sebagai identitas politik negeri itu.

Media korea utara sangat dikontrol oleh pemerintah, meskipun demikian korea utara dalam konstitusinya menjamin kebebasan pers dan berpendapat, namun dalam prakteknya korea utara melarang pelaksanaan hak hak kebebasan tersebut, hanya berita yang mendukung kebijakan pemerintah saja yang bisa dikritik. untuk berita yang krusial seperti masalah ekonomi dan politik atau kritik terhadap pemerintah sangat dilarang.

Sering kita lihat bahwasannya barat merupakan pelopor dari modernisasi, terlihat negara negara maju memberikan peran yang dominan dan di anggap positif, dengan menularkan nilai-nilai modern di samping memberikan bantuan modal dan teknologi. Teori modernisasi menekankan bahwa tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan oleh faktor- faktor eksternal melainkan internal (Nurcholis 2016). melihat dari sana korea utara yang mengisolasi dirinya dari pergaulan internasional menyebabkan adanya keterlambatan untuk memajukan dirinya sebab korea utara tidak terbuka untuk melakukan modernisasi dengan melakukan kerja sama baik bilateral maupun multilateral. korea utara hanya berfokus kepada pembangunan yang mengalir pada negaranya dan lebih mengutamakan pengembangan militer. hal ini tak bisa dipungkiri bahwa korea selatan masih menggunakan teori realisme yang dimana negara lain adalah ancaman sehingga memperkuat armada militer adalah jawaban untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman akan datang. Aturan Personalis, ini cukup menghambat negara untuk menata ulang kondisi negara disebabkan pemerintahan otoriter ini menunjukkan variasi yang cukup besar dalam cara mereka mengatur basis dukungan mereka, mempertahankan koalisi yang berkuasa, mengelola hubungan mereka dengan militer.

Adapun keterlambatan ini, juga dipengaruhi oleh prioritas Korea Utara dalam mengembangkan kebijakan nuklirnya di ranah internasional. Anarkinya dunia internasional menciptakan suatu hal yang urgensi untuk bertahan sebab Korea Utara yang berpandangan realisme. Para pembuat keputusan Korea Utara tidak hanya sangat berhati-hati tetapi juga sangat kejam dalam perencanaan politik mereka. Mereka peduli tentang kelangsungan hidup rezim di atas segalanya, memperlakukan semua pertimbangan lain sebagai hal sekunder. Hal ini berlaku untuk pertumbuhan ekonomi, yang di sebagian besar negara modern telah menjadi faktor terpenting dalam menentukan strategi negara. Itu tidak berarti bahwa elit Korea Utara tidak membutuhkan pertumbuhan ekonomi—tentu saja mereka membutuhkannya. Namun, masalah ini adalah hal sekunder untuk tujuan tertinggi mereka untuk kelangsungan hidup negara.

Tentunya dengan tidak terbukanya suatu negara akan menghambat pertumbuhan dan pembangunan. globalisasi menjadi rantai untuk memfasilitasi itu semua dari segi teknologi dan informasi, korut sendiri menutup keran itu masuk ke negaranya sehingga memuat kemajuan jadi terhambat dari negara tersebut. Prioritas kelangsungan hidup yang disepakati oleh Korea Utara sejatinya terlihat bagaimana menentukan sikap rezim terhadap dunia luar. Rezim Korea Utara yang tidak memiliki keterikatan ideologis dengan negara asing manapun. Meskipun propaganda resmi terus mengacu pada sosialisme, para pemimpin Korea Utara adalah pragmatis berorientasi negara yang tahu betul bahwa ekonomi terencana ala Soviet tidak berfungsi (Bae 2018).

Karena memahami bahwa ekonomi seperti soviet tidak begitu berjalan dengan baik Korea Utara yang mengklaim diri sebagi negara yang independent dari segi ekonomi, media yang dikontrol ketat oleh pemerintah, memfokuskan kepada milteristik dengan mengembangkan rudal memperkuat militer nasional, mengembangkan nuklir. Disini kita paham bahwa korea utara negara yang realis karna ia menganggap dengan memperkuat hard power akan mampu untuk survival. Dalam era revolusi 4.0 dengan melihat korea utara pun yang kian terlihat kewalahan sehingga mau tak mau kerja sama namun dalam kasus ini Korea Utara juga menjalin interaksi pada negara lain namun hanya negara tertentu saja, semisal pada infografis dibawah ini (Buchholz 2019) 


 

Negara korea utara menjalin interaksi dengan negara china sebagai rekan dagang yang erat. Adanya proses ekspor-import dengan negara tertentu membuat korea utara memiliki dana untuk membangun negaranya. Ya salah satunya adalah melalui perdagangan dengan china yang merupakan rekan dagang terbesar korea utara selain dengan negara lainnya. Dalam hal ini kedekatan dan identitas membuat korea dan china menjadi sangat erat karna kedua negara  ini berpandangan  sosialisme dan juga dilihat kedua negara ini memiliki pandangan skeptis terhadap amerika sehingga kedekatan mereka dalam Kerjasama bilateral menjadi erat (Kurniawan 2020) yang sekaligus penguatan sosialisme.

Dalam pidato Tahun Baru, Pemimpin Kim Jong Un mengklaim bahwa seluruh pembangunan kekuatan militernya sedikitnya telah mencapai puncak. Sejak itu, Korea Utara mulai memusatkan prioritas utamanya pada pembangunan ekonomi. Sebelumnya pembangunan difokuskan pada penguatan militer dan ekonomi secara bersamaan (byungjin policy). Sejak itu, RRDK mulai mengupayakan perbaikan hubungan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).  Adapun disinyalir dari Tempo, fokus domestik menggarisbawahi masalah ekonomi yang dihadapi Kim Jong Un di dalam negeri, di mana lockdown perbatasan untuk mengendalikan COVID-19, telah membuat Korea Utara lebih terisolasi daripada sebelumnya, dengan organisasi bantuan internasional memperingatkan kemungkinan kekurangan pangan dan krisis kemanusiaan. Korea Utara mengatakan pihaknya terbuka untuk diplomasi, tetapi tawaran Amerika tampak kosong sementara "tindakan bermusuhan" seperti latihan militer dan sanksi terus berlanjut. (Tempo.co 2022)

Pada saat ini, rakyat Korea Utara tentunya telah dapat menikmati teknologi digital. Meskipun rakyat Korea utara tidak bisa mengakses internet secara penuh, namun mereka bisa menggunakan intranet yang dikelola dan dikembangkan secara mandiri oleh Pemerintah Korea Utara. Terkenal dengan membatasi akses ke internet bagi warganya, tetapi kenyataannya, Korea Utara mempertahankan beberapa situs web yang dapat dilihat di luar negeri. Serta, penggunaan smart phone juga mulai diperkenalkan kepada masyarakat Korea Utara meskipun hanya pada kalangan terbatas.

Demikian opini tersebut yang menghambat korea utara untuk memodernisasikan negaranya, karena faktor internal sendiri yakni Tradisional Life yang lebih menekankan untuk suwasembada tanpa ketergantungan dari negara lain sehingga negara korut ini mengisolasi negaranya dari kehidupan diluar atau dunia internasional. Karena dorongan luar yang begitu mengharuskan untuk memperhatikan kemungkinan kekurangan pangan dan krisis kemanusiaan membuat korea utara sedikit terbuka untuk mulai menata ulang kondisi dan stabilitas dalam negaranya dengan menapaki jejak diplomasi untuk memperbaiki relasinya dan mulai membuka diri.

 

REFERENSI 

Bae, Joonbum. 2018. “The North Korean Regime, Domestic Instability and Foreign Policy.” North Korean Review 14 (1): 85–101.

Buchholz, Katharina. 2019. “Who Is North Korea Trading With?” Statista Infographics. September 6, 2019. https://www.statista.com/chart/10683/north-korea-trading-partners/.

Kurniawan, S.S. 2020. “Korea Utara: Kami Dukung Penuh China Lawan Campur Tangan AS.” Internasional Kontan. July 4, 2020. https://internasional.kontan.co.id/news/korea-utara-kami-dukung-penuh-china-lawan-campur-tangan-as.

Nurcholis, Drajat Tri Kartono, and Siti Aisyah. 2016. Pembangunan Masyarakat Desa Dan Kota. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Tempo.co. 2022. “Pidato Tahun Baru Kim Jong Un Fokus Pada Ekonomi Daripada Senjata Nuklir - Dunia Tempo.Co.” Tempo. January 2, 2022. https://dunia.tempo.co/read/1545769/pidato-tahun-baru-kim-jong-un-fokus-pada-ekonomi-daripada-senjata-nuklir/full&view=ok.

 

Posting Komentar

0 Komentar