Dunning-Kruger Effect; Udah Bodoh, Enggak Sadar Diri Lagi


 Nabila S Andini
 

Dunning-Kruger Effect; Udah Bodoh, Enggak Sadar Diri Lagi

Reminder! 

Orang bodoh yang tidak sadar dirinya bodoh hanya bermodal kepercayaan dan keyakinan diri berkesempatan berhasil. Orang pintar yang tidak sadar dirinya pintar dipastikan gagal karena tidak pernah mencoba -NS

Menjadi individu yang diakui dan dianggap pintar memang menyenangkan, tetapi akan jadi menyebalkan jika kepintaran tersebut bukan berasal dari pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, melainkan berasal dari rasa sok tahu dan sok paling benar. Biasanya individu yang sok tahu selalu merasa bahwa dirinya benar dan orang lain yang berbeda dengannya akan dianggap salah. Individu tersebut juga memiliki tingkat kepercayaan dan keyakinan diri yang tinggi. Perilaku menyebalkan tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang lain karena mungkin saja diri kita pernah berperilaku seperti itu. Hal itu disebabkan oleh adanya kesalahan persepsi dalam mengukur dan menilai kemampuan orang lain maupun diri sendiri.

Contohnya, terkadang kita sering berpikir bahwa kita sudah melakukan yang terbaik dan menganggap diri kita lebih baik daripada orang lain. Padahal kenyataannya bisa saja kita jauh lebih buruk daripada orang lain. Hal yang paling sering kita lakukan yakni, menilai dan mengukur kemampuan orang lain. Kita sering menganggap bahwa orang lain tidak kompeten, tidak bisa diandalkan, tidak pintar, dll. Padahal mungkin saja orang lain jauh lebih baik daripada kita. Kebaikan yang tidak ditunjukkan oleh orang lain bukan berarti orang tersebut selalu bersikap dan berperilaku buruk. Sebaliknya, kebaikan yang ditunjukkan oleh orang lain bukan berarti orang itu benar-benar baik.

Menurut psikologi fenomena tentang kesalahan dalam mengukur dan menilai kemampuan orang lain maupun diri sendiri disebut “dunning kruger effect”. Dunning kruger effect merupakan salah satu jenis bias kognitif dalam menilai dan mengukur kemampuan. Istilah dunning kruger effect berawal dari penelitian yang dilakukan oleh David Dunning dan Justin Krugger di Cornell University. Penelitian yang mereka lakukan bertujuan untuk menguji kemampuan humor, Bahasa, dan Matematika. Namun, hasil dari penelitian itu mengejutkan karena Dunning dan Krugger justru mendapatkan nilai paling rendah padahal mereka paling merasa mampu ketika mengerjakan soal tersebut. Oleh karena itu, judul artikel penelitian mereka di jurnal internasional berjudul “Sudah Bodoh, Enggak Sadar Lagi.”

Akhirnya, Dunning dan Krugger kembali melakukan penelitian, seperti mengukur kemampuan bermain catur pada pemain catur, mengukur kemampuan mahasiswa ketika ujian, mengukur pengetahuan keuangan pada bendahara, dll. Hasil yang diperoleh tetap sama, yakni adanya overclaim kemampuan bagi individu yang merasa paling bisa, dapat diandalkan, dan dianggap paling kompeten. Hal tersebut terjadi karena rendahnya pemahaman dan pengetahuan terhadap kemampuan diri sendiri. Bahkan, Charles Darwin dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man pada tahun 1871 mengatakan bahwa “ketidaktahuan lebih sering membuat orang percaya diri daripada pengetahuan.”

Menurut Dunning dan Kruger fenomena “udah bodoh, enggak sadar lagi” diasumsikan sebagai beban ganda kebodohan karena biasanya orang bodoh cenderung tidak sadar dan tidak mau mengakui bahwa dirinya bodoh. Individu yang bodoh justru melihat dirinya sebagai sosok yang pintar dan melihat orang pintar sebagai sosok sok pintar. Pokoknya yang pintar dan paling benar hanya dirinya, orang lain cuma sok-sokan pintar saja.

Fenomena dunning kruger effect seringkali kita temui, misalnya jika sedang diskusi mengenai suatu topik biasanya individu ini cenderung mendominasi, merasa paling paham dan paling tahu topik yang dibahas, dan sangat percaya diri dengan opininya. Bahkan, tak jarang individu tersebut menjatuhkan orang lain dan melebih-lebihkan kemampuan yang mereka miliki. Menurut artikel kumparan.com individu yang terkena dunning kruger effect biasanya minim pengetahuan dan selalu mengatakan kebohongan, yaitu ketika individu tersebut mengaku bahwa ia ahli di bidang-bidang tertentu padahal sebenarnya tidak. Contoh lain yang lebih relate, yaitu ketika kita sedang melaksanakan ujian dan merasa bahwa nilai kita pasti bagus, kita juga sudah yakin dengan jawaban kita padahal jawaban itu salah, maka kita sudah mengalami dunning kruger effect.

Sebenarnya dunning kruger effect tidak terlalu berbahaya bagi individu yang minim kepercayaan dan keyakinan diri berlebih disebabkan oleh adanya perasaan terlalu takut terhadap suatu hal, misal takut tidak bisa melaksanakan pekerjaan dengan baik, takut tidak bisa lulus, dll. Dengan mengalami dunning kruger effect, maka kepercayaan dan keyakinan diri seseorang dapat tumbuh dan hal ini harus sejalan dengan komitmen mereka untuk berusaha lebih giat karena dengan menyadari minimnya kemampuan yang dimiliki, maka akan meningkatkan kemampuan di bidang yang ditekuni. Jika individu saja tidak sadar bahwa dia kurang kompeten dan minim pengetahuan, maka sampai kapan pun ia tidak akan kompeten dan hanya mengandalkan rasa percaya dan keyakinan dirinya.

Akan tetapi, dunning kruger effect juga bisa berefek buruk jika seseorang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan nyawa orang lain, misalnya seorang dokter ahli bedah bernama Christoper Duntsch yang divonis penjara seumur hidup karena melukai pasiennya ketika melakukan bedah. Christoper Duntsch sendiri tidak menyadari bahwa teknik bedah yang dilakukannya sangat buruk dan membahayakan orang lain.

Dunning kruger effect dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Dunning kruger effect akan semakin berbahaya jika tidak ada orang lain yang peduli dan mau mengingatkan orang lain yang terkena efek dunning kruger effect. Individu yang mengalami dunning kruger effect juga harus berubah dan belajar untuk memahami dan mengetahui hal-hal apa saja yang kurang dari dirinya, lalu berusaha memperbaiki hal tersebut.

Penyebab dunning kruger effect yaitu karena setiap orang sudah memiliki konsep diri dan merasa konsep dirinya lebih baik daripada orang lain. Terutama kondisi di zaman sekarang orang-orang berlomba-lomba untuk memiliki konsep diri, konsep hidup, dan citra diri yang baik, sehingga enggan untuk menerima informasi dari luar yang bertentangan dengan prinsip dan konsep dirinya. Fenomena dunning kruger effect yang dialami oleh individu yang pura-pura tahu dan pura-pura ahli berbanding terbalik dengan perspektif individu yang memang ahli di bidangnya. Contohnya, orang pintar merasa bahwa dirinya itu tidak pintar dan menganggap bahwa setiap orang itu sama seperti dirinya, sehingga orang yang benar-benar pintar atau ahli cenderung bersikap biasa aja. Hal itu disebabkan oleh konflik internal dalam dirinya, dimana individu yang pintar dan ahli terus-menerus mengkritik dirinya sendiri dan merasa dirinya tidak lebih baik daripada orang lain. Sangat berbeda dengan individu yang sudah bodoh, tidak kompeten, dan tidak sadar bahwa dirinya bodoh.

Menurut artikel klikklas.medium.com dikatakan bahwa terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyadarkan diri dan orang lain yang mengalami dunning kruger effect, yaitu dengan mempelajari lebih banyak bias-bias pikiran, seperti dunning kruger effect, polarisasi pikiran, hitam atau putih, dll. Kemudian, miliki rasa keinginan dan berusaha lebih giat untuk belajar di bidang apa pun, tidak perlu mengaku-ngaku ahli jika mempelajari bidangnya saja tidak pernah. Terakhir, belajar memahami, mengenal, dan mengetahui diri sendiri, bagaimana mau dikenal sama orang lain jika kita saja belum mengenal siapa diri kita.

“Kegagalan paling fatal dalam hidup adalah gagal mengenal diri sendiri”

Dunning kruger effect sebagai salah satu bias kognitif yang cukup berperan dalam memengaruhi kehidupan. Apa pun yang kita percayai dan kita tanam ke diri kita belum tentu benar. Begitu pula dengan penilaian kita terhadap orang lain. Tidak ada kebenaran yang benar-benar mutlak. Oleh karena itu, penting untuk kita selalu menanyakan ke diri sendiri “siapa kita? apa yang kita butuhkan? Apa yang kita inginkan? Apa tujuan kita? Apakah cukup sampai di sini? atau Apakah kita sudah puas?” terus tanyakan pertanyaan tersebut ke diri sendiri untuk mencegah terjadinya bias kognitif. Orang bodoh yang tidak sadar dirinya bodoh memiliki modal kepercayaan dan keyakinan diri yang tinggi, sehingga ada kemungkinan berhasil dan memiliki keberanian untuk mencoba walaupun gagal, sedangkan orang pintar yang tidak sadar dirinya pintar tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan diri, sehingga dipastikan gagal karena tidak pernah mencoba.


Note: semoga yang membaca tulisan ini benar-benar tercerahkan dan dapat membuka pandangan bahwa apa yang kita lihat dan kita yakini tidak sama dengan kenyataan sebenarnya.



Posting Komentar

0 Komentar