⤵
Nomophobia: No Phone No Life - Tiada Hidup Tanpa Telepon Genggam
Semakin berkembangnya zaman, semakin besar pula ketergantungan manusia terhadap benda-benda elektronik. Salah satu benda elektronik yang tidak pernah lepas dari manusia ialah smartphone. Dilansir dari artikel kompas, berdasarkan laporan Stock Apps jumlah pengguna ponsel di dunia mencapai 5,3 miliar pada Juli 2021. Ditegaskan pula bahwa angka tersebut merepresentasikan 67% atau lebih dari setengah dari total populasi manusia di Bumi, yakni sekitar 7,9 miliar. Menurut data Newzoo total pengguna smartphone di Indonesia sendiri mencapai 160,23 juta orang pada tahun 2020. Newzoo juga memprediksi bahwa jumlah pengguna smartphone akan terus meningkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hampir 24 jam waktu yang dimiliki manusia tidak pernah lepas dari gadget, khususnya smartphone.
Menurut hasil survey Kominfo pada tahun 2017 rentang usia pengguna smartphone dimulai dari usia 9–65 tahun. Frekuensi penggunaan smartphone dalam satu hari, yaitu 1–10 jam dan frekuensi terbesar selama 1–3 jam. Akan tetapi, adanya pandemi Covid-19 menyebabkan terhambatnya aktivitas manusia secara langsung (offline), maka rentang usia pengguna smartphone menurun sampai pada usia 6 tahun dan frekuensi pemakaian smartphone juga meningkat. Efek dari pandemi tersebut membuat aktivitas setiap orang berpusat di gadget-nya masing-masing, khususnya smartphone. Dampak buruk yang muncul ketika seseorang terlalu sering menggunakan smartphone ialah ketergantungan atau tidak bisa jauh dari gadget-nya.
Pembahasan
Salah satu dampak buruk karena tidak bisa lepas dari smartphone, yaitu mengalami nomophobia. Nomophobia merupakan singkatan dari no mobile phone phobia. Nomophobia adalah salah satu jenis fobia dan gangguan kecemasan di mana penderitanya tidak dapat jauh dari handphone. Penderita yang mengalami nomophobia akan selalu merasa takut dan cemas yang cukup ekstrem jika tidak memegang ponsel, lupa membawa ponsel, baterai ponsel yang habis, tidak ada sinyal, dll.
Menurut beberapa penelitian, 53% penduduk Inggris mengalami nomophobia akibat ketergantung pada smartphone. Nomophobia tercantum di DSM-V karena para ahli sepakat bahwa nomophobia masuk dalam kategori gangguan mental terutama ketergantungan terhadap smartphone. Nomophobia berbeda dengan adiksi gadget karena nomophobia disebabkan oleh kecanduan ponsel, sedangkan adiksi gadget disebabkan oleh kecandungan gadget, seperti laptop, komputer, tablet, ponsel, dll. Ciri-ciri seseorang mengalami nomophobia antara lain tidak pernah membiarkan ponselnya dalam keadaan mati, terlalu sering memainkan ponsel walaupun hanya untuk mengecek pesan dan panggilan, selalu membawa ponsel ke mana pun, memakai ponsel kapan pun dan di mana pun.
Tanda-Tanda Nomophobia
Tanda-tanda dari nomophobia, yaitu adanya gejala emosional dan gejala fisik. Gejala emosional meliputi, rasa khawatir, takut, panik ketika tidak memegang atau berada jauh dari ponselnya, serta merasa cemas dan gelisah apabila diharuskan untuk menaruh ponsel dan tidak diperbolehkan untuk menggunakannya. Gejala fisik meliputi, munculnya rasa sesak di dada, sulit bernapas, tremor, berkeringat, rasa pusing di kepala sampai ingin pingsan, nyeri di bagian leher dan punggung, dan jantung berdetak lebih cepat. Anak-anak remaja atau usia muda lebih rentan mengalami nomophobia karena kecepatan mereka dalam mengikuti arus perkembangan teknologi.
Dampak Buruk Kecanduan Smartphone
Dampak buruk jika seseorang menjadi semakin candu dan bergantung pada ponsel, maka ia akan menarik diri dari dunia nyata, lebih senang berhubungan dengan dunia maya, tidak fokus dalam beraktivitas karena hanya ingin memainkan ponselnya, dan efek terparahnya ialah seseorang akan tenggelam dalam kehidupan maya (tidak nyata) karena terlalu sering beraktivitas dan berkomunikasi secara virtual. Hal itu disebabkan oleh kesalahan pola pikir, di mana pecandu ponsel merasa bahwa ponsel yang dimilikinya merupakan satu-satunya alat komunikasi dan komunikasi, sehingga harus selalu dibawa ke mana pun dan dipakai sesering mungkin.
Faktor Penyebab Nomophobia
Terdapat empat faktor penyebab nomophobia. Pertama, faktor internal seperti, kontrol diri dan sifat sensation seeking, yaitu sifat untuk mencari stimulus dengan perilaku yang berisiko untuk merasakan sensasi, tantangan, kesenangan, dan kepuasan. Kedua, faktor eksternal seperti, terlalu sering membeli smartphone. Ketiga, faktor situasional seperti, merasa nyaman ketika menggunakan smartphone dan tidak ingin berhenti memainkannya. Keempat, faktor sosial seperti, kebutuhan berkomunikasi.
Pada hasil penelitian Ozdemir tinggi rendahnya tingkat nomophobia selaras dengan rasa kesepian dan harga diri penderitanya. Jika nomophobia-nya tinggi, maka kesepian dan harga diri meningkat, tetapi jika nomophobia-nya rendah, maka kesepian dan harga diri ikut menurun. Individu yang menderita nomophobia dianggap memiliki proses dan pola pikir yang terganggu karena terlalu terobsesi dengan smartphone-nya dan penderitanya akan mengalami vibration phatom syndrome, yaitu sulit berkonsentrasi jika tidak memeriksa smartphone.
Akhiran
Mencegah atau mengatasi nomophobia dapat dilakukan dengan melakukan psikoterapi. Pasien datang menemui psikolog atau psikiater dengan tujuan untuk mengurangi perilakunya dalam bermain ponsel, meminimalisir rasa cemas, dan mengubah pola pikirnya. Pemberiaan obat-obat juga dapat diperbolehkan jika kondisi pasien memang sudah parah. Psikoterapi dan konsumsi obat-obatan dapat menjadi metode efektif jika pasien memang sangat bertekad untuk menyembuhkan atau mengurangi fobianya.
0 Komentar