●
Takut terhadap opini atau pandangan orang lain merupakan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan dan kemajuan diri seseorang. Menurut KBBI, opini didefinisikan sebagai sebuah pendapat, pikiran, dan pendirian. Opini terbagi dua yaitu, opini positif dan opini negatif. Opini positif merupakan pendapat, pandangan, dan/atau pemikiran mengenai hal-hal positif dari orang lain, tetapi opini positif tidak selalu cocok atau diterima karena tidak semua orang membutuhkan dan menyukai afirmasi positif. Sedangkan, opini negatif merupakan pandangan, pemikiran dan/atau pendapat mengenai hal-hal negatif dari orang lain yang kemungkinan besar tidak diterima oleh orang yang menerimanya karena hanya akan membuat sakit hati, stress, kepikiran, dan menimbulkan rasa cemas.
Lain hal apabila individu yang mendapat opini negatif berusaha untuk mengubah dan memperbaiki dirinya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, tidak semua hal positif selalu menjadi positif dan tidak semua hal negatif akan selalu negatif. Semua tergantung pada siapa dan bagaimana orang tersebut memberikan opininya, serta bagaimana individu tersebut dapat menerima opini orang-orang di sekitarnya.
Zaman semakin modern dan orang-orang semakin berani untuk mengutarakan pandangan, prinsip, pendapat dan/atau pemikirannya, baik secara langsung maupun melalui sosial media. Jika dilihat dari sisi positif ini merupakan hal yang baik karena dengan memberikan pendapat, maka seseorang telah memberanikan diri untuk bersuara dan mengutarakan pandangannya tentang diri sendiri, orang lain di sekitarnya dan isu-isu krusial di negara ini.
Namun, jika dilihat dari sisi negatif kebebasan mengutarakan opini terhadap orang lain atau suatu hal dapat memberikan dampak buruk. Hal ini dapat terjadi karena opini yang disampaikan orang lain mungkin saja terlalu kasar, keras, dan membuat sakit hati, sehingga menimbulkan ketakutan atau kecemasan ekstrem bagi penerimanya. Perlu diingat bahwa tidak semua orang membutuhkan opini Anda, sekalipun Anda adalah orang terdekatnya.
Dalam bidang psikologi, orang yang takut terhadap opini orang lain diasumsikan menderita fobia, khususnya allodoxaphobia. Dilansir dari artikel SehatQ allodoxaphobia adalah salah satu jenis fobia yang memicu rasa cemas dan rasa takut yang tidak masuk akal terhadap opini orang lain. Istilah allodoxaphobia berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “allo” berarti perbedaan, dan “doxo” berarti opini, serta “phobia” berarti ketakutan/rasa takut. Dengan demikian allodoxaphobia didefinisikan sebagai ketakutan seseorang terhadap opini lain.
Allodoxaphobia dapat terjadi pada siapa saja dan dari rentang usia berapa pun. Biasanya penderita allodoxaphobia tidak akan mau beropini karena takut opininya ditolak dan tidak akan mau menerima opini dari orang lain. Penyebab seseorang menderita allodoxaphobia belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh faktor genetik dan pengalaman traumatis yang membuat penderita merasa tidak mau lagi berpendapat apalagi mendengar pendapat orang lain.
Jika ditelusuri lebih detail, fenomena beropini dan menolak opini orang yang tidak sependapat dengan kita seringkali terjadi. Contohnya, seseorang yang memberikan opini mengenai perkembangan temannya, tetapi opini tersebut justru membuat temannya malu, menurunkan harga diri temannya, dan membuat temannya takut untuk meminta atau mendengarkan opini orang lain lagi. Contoh lain, jika seorang dosen atau guru meminta pendapat mahasiswa/siswa saat sesi pembelajaran, tetapi pendapat tersebut justru dihakimi dan tidak dihargai, dianggap salah dan berbeda, maka siswa/mahasiswa tersebut akan kehilangan keberanian dan kepercayaan diri untuk berpendapat kembali karena takut dianggap bodoh, aneh, dan dipermalukan.
Ironisnya semakin berkembangnya zaman, semakin maju pola pikir seseorang, semakin bebas orang-orang untuk beropini, maka semakin berani pula orang-orang beropini mengenai kehidupan orang lain maupun hal yang bukan urusannya. Di bawah ini terdapat tanda-tanda seseorang menderita allodoxaphobia, yaitu:
a) Individu menghindar dari situasi yang memicu terjadinya pertukaran pendapat
b) Munculnya rasa takut dan kecemasan yang ekstrem ketika mendengarkan opini orang lain maupun ketika diminta untuk memberikan opininya sendiri
c) Menurunnya harga diri dan self-efficacy
d) Jantung berdetak lebih cepat
e) Menyalahkan diri sendiri
f) Tubuh gemetar (tremor) dan berkeringat
g) Adanya perubahan mood.
Note: Gejala yang muncul berbeda-beda pada setiap individu. Konsultasi dengan psikiater/psikolog jika merasa gejala yang muncul semakin parah.
Allodoxaphobia belum bisa dicegah, tetapi dapat diatasi dengan terapi perilaku kognitif, terapi pemaparan, dan mengonsumsi obat jika diperlukan. Dengan mengikuti terapi, maka penderita dapat menangani ketakutan dan memiliki sedikit keberanian untuk mengutarakan opininya maupun mendengarkan opini orang lain karena tidak semua opini orang lain buruk dan selalu berdampak negatif bagi diri sendiri. Ada kalanya pada fase kehidupan kita memang perlu mendengarkan atau mengetahui dari perspektif orang lain.
“Tidak semua orang dan tidak semua hal membutuhkan opini Anda. Simpan opini Anda jika hanya akan menyakiti perasaan orang lain, dan berpendapatlah jika memang diperlukan -NSA
1 Komentar
makasi banyak kaa, aku salah satu yg punya fobia ituu, aku suka takutt klo org lain mulai berpendapat ttg akuu:(
BalasHapus