Menilik arti dari makna hidup: sebuah perjalanan yang sia-sia

Gigih Prakoso
 


And I know just what I’ve got to do, And it’s got to be soon
’Cause I know that I’ll be happier, And I know you will too


Menurutku, pikiran manusia akan terbuka dan somehow akan menjadi lebih bijaksana ketika mereka menemukan permasalahan hidup yang cukup berarti dan dapat merubah kebiasaan mereka. Tapi, what did it cost? Biasanya lebih ke arah sakit hati.

Fitrahnya sebagai manusia pasti mendambakan apa itu yang namanya kebebasan seutuhnya, namun seringkali manusia itu sendiri lupa bahwa bayangan dari kebebasan seutuhnya adalah memiliki tanggung jawab yang besar pula menurut Sigmund Freud.

Dan pada akhirnya, manusia itu sendiri malah merasa takut untuk dapat memiliki rasa tanggung jawab itu sendiri setelah mengetahui makna arti dari sebuah kebebasan seutuhnya, terdengar absurd bukan? Santai, ini juga dulu udah pernah dipikirin juga oleh filsuf yang bernama Albert Camus.

Menurutnya, hidup itu bisa dibilang seperti orang yang membawa batu besar dari kaki gunung ke atas gunung lalu dijatuhkan kembali ke dasar dan dilakukan kembali berulang-ulang selamanya. Yaa, bisa dibilang hidup juga seperti itu menurutnya, pada saat dimana ketika kamu sudah merasakan bahwa hidup itu sebenarnya cukup absurd buat dijalani, ketika kamu pengennya ini malah yang dapat itu, ketika kamu butuh sesuatu A malah yang datang masalah B, ketika kamu coba untuk merasionalkan sebuah sesuatu malah datang anti-thesis dari pikiranmu itu sendiri. Jadi, apakah hidup itu emang se-absurd itu buat dijalani? Nah, makanya itu tugasmu buat mencari makna hidupmu sendiri seperti yang Jean‑Paul Sartre bilang.

Jujur, akupun juga sampai sekarang juga masih belum menemukan makna tujuanku hidup itu untuk apaan. Sebagai pelengkap kehidupan? Sebagai messiah untuk sebagian orang? Sebagai obat untuk sebagian kehidupan? Sebagai agent of change? Nggak juga, kayaknya aku masih cukup jauh untuk dikatakan sebagai orang yang cukup baik untuk hidup di “realitas” ini untuk sekarang.

Pada akhirnya, semua pemaknaan hidup; kembali ke diri kita masing-masing untuk memaknai arti sebuah kehidupan secara pribadi. Yang terpenting adalah ketika kamu sudah menemukan arti makna hidup yang sesuai denganmu, seharusnya kamu sudah bisa bijak untuk dapat melakukan dan juga menentukan sesuatu, bukan untuk kepuasan pribadimu aja, tapi juga untuk kebaikan kehidupan di sekitarmu. Bukan hal yang fafifu wasweswos juga menurutku kalo kamu mulai sadar dan peduli untuk mulai memikirkan hal ini juga, toh pada hakikatnya sudah seharusnya kamu bisa menemukan arti makna hidup juga kan sebelum kamu kembali pada-Nya?


وَلَىِٕنْ مُّتُّمْ اَوْ قُتِلْتُمْ لَاِلَى اللّٰهِ تُحْشَرُوْنَ
“wa la`im muttum au qutiltum la`ilallāhi tuḥsyarụn”

“Dan sungguh, sekiranya kamu mati atau gugur, pastilah kepada Allah kamu dikumpulkan.”

Posting Komentar

0 Komentar