Heraclitus - Sebuah Kontemplasi Kosmik untuk Memahami Sifat Alam Semesta

Syamsul Arifin
 

Heraclitus - Sebuah Kontemplasi Kosmik untuk Memahami Sifat Alam Semesta

Para astronot yang pernah menginjakkan kakinya di Bulan atau yang pernah melihat gambaran Bumi, Bulan, dan Matahari dengan gambaran yang lebih besar, pastinya akan mengalami The Overview Effect, sebuah pergeseran kognitif dalam kesadaran yang dirasakan para astronot selama perjalanan luar angkasa. Edgar Mitchell adalah salah satu dari tiga orang misi luar angkasa Apollo 14 yang meninggalkan Bumi pada 31 Januari 1971 dan mendarat di Bulan lima hari kemudian, merupakan salah satu yang merasakan efek tersebut. Dia memiliki tanggung jawab atas modul lunar dan tercatat sebagai manusia keenam yang pernah berjalan di Bulan. Dua tahun setelah perjalanan luar angkasa, Mitchell mendirikan Institute of Noetic Sciences, yaitu sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengeksplorasi perluasan kesadaran manusia. Dia mengalami pergeseran pemahaman mengenai kesadaran setelah dia melakukan perjalanan luar angkasa.

I Heraclitus

Dari kisah Edgar Mitchell tersebut, kita dapat mulai mempelajari untuk memahami sifat alam semesta. Dalam memahami alam semesta, kita dapat menggunakan pendekatan materialis dengan mencari penjelasan alami tentang sifat alam semesta. Thales dari Miletus, mendalilkan bahwa elemen fundamental alam semesta, yang mengawali segala sesuatu tumbuh, adalah air. Kemudian muridnya, Anaximander, adalah orang pertama yang mengklaim bahwa manusia muncul dari bentuk kehidupan yang lebih primitif, yang berevolusi dari bumi dan air. Selanjutnya, Anaximenes berspekulasi bahwa elemen dasar alam semesta adalah udara.

No man ever steps in the same river twice, for it's not the same river and he's not the same man.-Heraclitus

Pepatah Heraclitus tersebut merupakan yang paling terkenal. Banyak fragmen lain dari Heraclitus yang mendukung gagasan bahwa dunia adalah serangkaian transformasi konstan. Dia meyakini bahwa setiap hal berubah menjadi sesuatu yang lain. Heraclitus mewariskan kepada kita mengenai gambaran alam semesta yang bersifat dinamis. Berbeda dengan filsuf Yunani lain, seperti Phytagoras dan Plato yang menganggap kosmos sangat harmonis dan stabil. 

Teori dinamis tentang alam semesta ini mulai dibahas kembali dalam seratus tahun terakhir, setelah seorang astronom bernama Edwin Hubble memandang keluar dari teleskopnya dan menemukan bahwa alam semesta jauh lebih besar dari yang kita bayangkan, dan semakin besar sepanjang waktu. Astronom tersebut menunjukkan bahwa Heraclitus dalam pandangannya tentang alam semesta adalah benar, bahwa terdapat perubahan yang tak henti-hentinya. 

II Heraclitus

Heraclitus sangat mendewakan hukum alam semesta. Dia mengatakan bahwa manusia mengambil bagian dari logos karena mereka memiliki kesadaran rasional. Sifat rasional kita terhubung dengan sifat alam semesta. Menurut Heraclitus, alasan kita berada di planet yang kita tinggali ini adalah untuk mengembangkan kesadaran sehingga kita mengetahui pikiran yang mengarahkan segala sesuatu melalui segala sesuatu. Heraclitus mengatakan bahwa kita dapat mencapai perspektif kosmik tentang alam, dengan mengembangkan akal, mengendalikan nafsu, dan membersihkan diri kita dari kebiasaan buruk.

Para filsuf kuno, mencoba menumbuhkan kesadaran kosmik dengan berkontemplasi memikirkan kosmos menggunakan teknik visualisasi yang oleh Pierre Hadot disebut sebagai “View from Above” atau “Pemandangan dari Atas”. Para filsuf membayangkan diri mereka naik ke luar angkasa dan melihat keseluruhan perspektif luar angkasa. Metode ini kemudian memperluas pikiran mereka dan melepaskan keterikatan pribadi, dan mengubah mereka menjadi kosmopolitan (warga alam semesta).

The Overview Effect dalam kaitannya dengan sifat alam semesta yang menggeserkan pemahaman kesadaran kita terhadap realitas, memberikan fakta bahwa perspektif yang lebih luas tentang keberadaan kita secara dinamis terus berubah. Seperti yang dikatakan Heraclitus, kesadaran tersusun dari beberapa bentuk materi, gaya, atau bahkan dimensi yang belum sepenuhnya dipahami oleh fisika kuantum. Mungkin kesadaran pada akhirnya akan diintegrasikan ke dalam "teori segalanya" bersama dengan ruang, waktu, gravitasi, massa, dan energi. Pandangan Heraclitus bahwa kesadaran entah bagaimana terkandung dalam semua materi mungkin tidak terlalu mengada-ada. Kesadaran mengantarkan kita pada jalan untuk memahami sifat alam semesta.


Posting Komentar

0 Komentar