Marcus Aurelius: Meditasi sebagai Cara untuk Memaknai Hidup

Bumba
 


Marcus Aurelius lahir pada tanggal 26 April 121 M, di Roma. Ayahnya adalah kaisar Antoninus Pius, dan ibunya adalah permaisuri Faustina Muda. Dia memiliki seorang kakak laki-laki, Lucius, dan seorang adik perempuan, Faustina. Marcus  adalah seorang filsuf Stoa, dan pemikiran serta tulisannya sangat dipengaruhi oleh aliran pemikiran ini. Dia dikenal karena karyanya, Meditasi, yang merupakan kumpulan pemikiran dan refleksinya tentang Stoicisme. Selain itu, dia juga merupakan seorang jenderal yang terampil, dan dia bertempur dalam kampanye melawan Parthia dan Marcomanni. Dia dikenal karena perannya dalam penindasan pemberontakan Avidius Cassius. Marcus Aurelius meninggal pada 17 Maret 180 M, di Vindobona (Wina modern, Austria). Ia digantikan oleh putranya, Commodus.

Filsafat Stoa Marcus Aurelius dapat diringkas sebagai keyakinan pada pengendalian diri dan akal. Marcus Aurelius percaya bahwa cara terbaik untuk menjalani hidup adalah dengan menghindari keterikatan emosional dan fokus pada apa yang berada dalam kendali seseorang. Dia percaya bahwa dengan melakukan ini, seseorang dapat mencapai kedamaian dan ketenangan batin.

Meditasinya, yang ditulis dalam bahasa Yunani saat kampanye antara tahun 170 dan 180, merupakan sumber penting pemahaman modern tentang filsafat Stoa kuno. Mereka telah dipuji oleh para filsuf dari Blizzard, yang menggambarkannya sebagai "panduan universal untuk hidup", hingga Eksistensialis Prancis Jean-Paul Sartre, yang menyebut mereka "sebuah monumen untuk ketenangan pikiran dan pengendalian diri".

Satu kemungkinan definisi meditasi menurut Marcus Aurelius adalah praktik perhatian, atau bentuk kesadaran diri di mana seseorang tetap sadar akan pikiran dan emosi mereka pada saat ini tanpa penilaian. Ini dapat dilakukan melalui teknik-teknik seperti memusatkan perhatian pada napas, atau sekadar mengamati pikiran-pikiran yang datang dan pergi dalam pikiran tanpa terjebak di dalamnya.

Untuk mendalami meditasi yang direnungkan oleh Marcus Aurelius, terdapat tulisan berjudul Inner Citadel yang ditulis oleh Dirk Baltzy yang berisi kontemplasi tentang sifat pikiran manusia, dan bagaimana ia dapat digunakan sebagai benteng melawan dunia luar yang kacau. Dalam tulisannya dikatakan bahwa Aurelius merenungkan bagaimana pikiran adalah satu-satunya alat yang kita miliki untuk melindungi diri kita dari kekuatan negatif alam semesta, dan bagaimana kita harus menggunakannya untuk melindungi diri kita dari ketidakmurnian.

Pemikiran Stoic ini pada akhirnya menjadi dasar pemikiran filsafat alam Marcus Aurelius. Dia percaya bahwa tujuan akhir kehidupan manusia adalah hidup selaras dengan Alam, bahwa manusia dapat mencapai tujuan ini dengan menggunakan akal mereka untuk memandu tindakan mereka dan dengan hidup sesuai dengan hukum alam.

Kaum Stoa percaya bahwa satu-satunya hal yang benar-benar baik adalah kebajikan, dan satu-satunya hal yang benar-benar buruk adalah kejahatan. Mereka percaya bahwa satu-satunya hal yang benar-benar baik atau buruk bagi seseorang adalah pikiran dan tindakan mereka sendiri. Marcus Aurelius adalah seorang filsuf Stoa yang percaya bahwa satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang baik adalah hidup selaras dengan alam dan menggunakan akal untuk memandu tindakan seseorang.

 

SUMBER:

Baltzly, D. (2001). The Inner Citadel: The Meditations of Marcus Aurelius.
Rutherford, R. B. (1989). The meditations of Marcus Aurelius: A study.

 


 


Posting Komentar

0 Komentar