Ikigai: The Pursuit of Life Worth Living

Syamsul Arifin
 
 
-  
Dalam menjalani kehidupan, terkadang kita perlu mencari tahu jawaban atas pertanyaan “what makes life worth living?”. Sebab pertanyaan tersebut seringkali hadir ketika kita benar-benar merasa tidak tahu hidup yang seperti apa yang layak untuk dijalani. Ikigai merupakan sebuah prinsip atau salah satu idealisme yang dipegang oleh masyarakat Jepang dalam menemukan sesuatu yang layak pada diri manusia ketika menjalani hidup. Tentu saja, Ikigai setiap orang pasti berbeda-beda “unik”, sebab setiap orang memiliki “what one most deeply lives for”, ada sesuatu yang mereka yakini untuk dipegang dan layak untuk dipertahankan. Terdapat dua perspektif Ikigai yang diterapkan oleh wanita Jepang dan Amerika. Wanita Jepang mayoritasnya cenderung memegang prinsip Ikigai mereka dengan mengedepankan keluarga sebagai kelompok pendukung untuk menjalani kehidupan yang layak. Sedangkan wanita di negara Amerika cenderung lebih bersifat individual dan menganggap bahwa seseorang mampu dan layak untuk menjalani kehidupannya sendiri tanpa mengasosiasikannya pada orang lain. Ada pun sebenarnya, untuk memaknai Ikigai tidak hanya terbatas pada siapa berpegangan kepada siapa, melainkan juga konsep “what one lives for” termasuk ke dalam bentuk Ikigai yang dijalankan setiap orang.

Ikigai barangkali dapat dipahami dengan cara kita mencoba mencari tahu sesuatu yang paling penting dalam hidup. Sebab ketika seseorang menjalani hidupnya dengan tujuan yang jelas setiap harinya, maka dapat dikatakan orang tersebut sudah menemukan “Ikigai”-nya. Ikigai ini perlu disadari eksistensi dan bentuknya. Ikigai kebanyakan wanita Jepang berkaitan dengan keluarga. Keluarga menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan bagi wanita Jepang, keluarga merupakan “the one” yang dapat mengukur kelayakan hidup seseorang bagi perspektif mereka. Sedangkan wanita Amerika lebih mengutamakan pekerjaan sebagai Ikigai yang mereka pegang dan jalani. 

Ikigai merupakan term yang digunakan oleh orang-orang Jepang sebagai prinsip dalam menjalani hidup. Term yang sama dari Ikigai yaitu “Ikiru hariai, yorokobi, meate” (something to live for; the joy and goal of living) (Mathews, Gordon, 1996: 727-728). Pengertian tersebut menyiratkan bahwa “apa yang paling membuat hidup seseorang tampak layak dijalani”. Seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya, wanita di Jepang lebih mengedepankan keluarga mereka sebagai bentuk dari Ikigai, sedangkan pria lebih concern pada pekerjaan untuk menghidupi keluarga mereka. Dua-duanya memiliki perspektif yang berbeda namun masih dalam kualifikasi yang sama, yaitu menerapkan Ikigai ke dalam bentuk kelompok. Beda halnya dengan wanita di Amerika yang benar-benar memilih bentuk individual sebagai pilihan atas Ikigai yang mereka jadikan prinsip dan idealisme hidupnya. Kita bebas menentukan bagaimana Ikigai yang kita jalani dan terapkan. Apa yang menjadi nilai yang dipegang untuk dijalani dan dipertahankan dalam keseharian adalah bentuk Ikigai yang perlu ditemukan. Secara sederhana, Ikigai merupakan bentuk nilai yang menjadi pegangan dalam hidup dan kita mempertahankan nilai tersebut dengan alasan tertentu dengan tujuan kebahagiaan itu sendiri.

 

REFERENSI

Mathews, Gordon. 1996. The Pursuit of a Life Worth Living in Japan and the United States. Ethnology. 35(1): 51-62. 

Mathews, Gordon. 1996. The Stuff of Dreams, Fading: Ikigai and “the Japanese Self”. Wiley. 24(4): 718-747.


 

 

Posting Komentar

0 Komentar