Awal Mula Alam Semesta: Big Bang, Cambrium Explode, dan Singularitas

 Penulis: Syamsul Arifin
 

- Alam semesta bermula dari keadaan awal yang sulit terdefinisi. Singularitas hadir dalam ketakterhinggaan. Keterpaduan antara ruang, waktu, dan materi ini merupakan awal dari adanya kehidupan. Adanya ledakan besar yang terjadi sekitar tiga belas sampai lima belas miliar tahun yang lalu merupakan indikasi awal dalam terciptanya kehidupan. Setelah ledakan besar yang terjadi, materi, zat, waktu, ruang, dan energi merupakan keterpaduan sebagai yang mengawali pengembangan dalam ruang semesta. Alam semesta ini berkembang setelah terjadinya ledakan Big Bang, dan sampai saat ini, alam semesta masih mengalami pengembangan. Jika saya mengambil analogi dari seorang ilmuwan tersohor yang bernama Stephen Hawking, dia mengatakan “alam semesta ini seperti balon yang semakin dimasuki udara, ia semakin mengembang dan permukaannya akan semakin datar.” Berkembangnya alam semesta ini tidak memiliki batasan, bahkan jika suatu hari nanti alam semesta kembali mengerucut, hal yang mungkin terjadi adalah alam semesta kembali ke keadaan semula. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa jika alam semesta mengerucut, mungkin kah waktu beserta komponen lainnya akan mengalami kekacauan yang cukup signifikan? Hal ini akan berakibat pada inkonsistensi hukum-hukum fisika dan hukum-hukum alam lainnya.

Big Bang merupakan teori yang menjelaskan mengenai bagaimana alam semesta ini bermula. Ledakan Big Bang menghasilkan beberapa partikel sebagai bahan pembentukan bintang-bintang, planet-planet, dan bahkan asteroid. Big Bang juga sebagai peristiwa yang menyebabkan zat-zat dan materi alam semesta yang hadir dan ikut andil dalam berkembangnya alam semesta hingga saat ini. Salah satu yang mendasari teori ini adalah relativitas umum yang dipopulerkan oleh Einstein. Relativitas umum ini kemudian dikombinasikan dengan hasil pengamatan dan pemantauan dalam skala yang besar pada pergerakan galaksi satu sama lain. Sebelum peristiwa ini terjadi, alam semesta dulu memiliki suhu yang sangat tinggi dengan tingkat kerapatan yang tinggi pula.

Teori Big Bang juga dikatakan sebagai teori Super Dense. Teori ini menyatakan bahwa jika alam semesta mengembang pada skala tertentu, maka ketika kita sebagai objek semesta ini kembali ke dalam waktu, maka galaksi-galaksi akan semakin mendekat dan membentuk alam semesta yang hanya akan terkonsentrasi pada satu gumpalan besar dan padat. Saat ini alam semesta setelah ledakan besar yang terjadi diperkirakan mengembang sampai 1030 kali atau lebih dari ukuran aslinya, hal ini menandakan bahwa ledakan besar telah mengakibatkan alam semesta mengembang begitu masif. Hasil dari ledakan besar ini kemudian berkondensasi dan membentuk benda-benda langit, salah satunya yang kita huni saat ini.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ledakan besar ini merupakan awal bagi adanya kehidupan. Dalam perspektif agama Islam dengan landasan kitab suci Al-Qur’an, ada penjelasan mengenai pembentukan alam semesta, dalam surat Al-Anbiya ayat 30 telah dijelaskan di dalamnya mengenai pembentukan alam semesta, ayat tersebut berbunyi, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Kemudian dalam surah Hud ayat 7 yang artinya “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". Dalam tafsir ayat tersebut, sebelum diciptakannya langit dan bumi, air sudah dahulu ada. Air merupakan komponen paling penting dalam kehidupan. Boleh dikatakan juga bahwa air lah yang merupakan awal dari sebuah kehidupan di Bumi. Menurut George Lemaitre, alam semesta ini dimulai dengan gumpalan atom yang sangat besar yang di dalamnya tidak dapat dibayangkan tetapi gumpalan tersebut memiliki suhu yang sangat panas dan suhunya berkisar antara 10 miliar hingga 1 triliun derajat celcius.

Pada permulaannya, kosmos mengembang dengan sangat cepat. Sehingga jika alam semesta itu homogen dan bersifat isotropik dalam segala skala, maka gravitasi tidak akan pernah punya kesempatan untuk menang. Ketika alam semesta bersifat homogen dan isotropik, maka tidak akan ada galaksi, bintang, planet, dan bahkan manusia. Hanya akan ada atom-atom yang tersebar di mana-mana, lebih tepatnya di ruang antariksa, dan alam semesta akan menjadi sangat menjemukan. Tetapi, oleh karena alam semesta ini menyenangkan dan sangat unik, sifat inhomogenitas dan anisotropi ini muncul pada momen paling awal dalam kosmos, hal ini menjadikan kehidupan di alam semesta tidak lah menjemukan, dan sifat tersebut yang membawa alam semesta ke dalam pengembangan yang sangat cepat.

Jika kita menyusuri pertumbuhan struktur kehidupan sejak beberapa saat setelah terjadinya peristiwa ledakan besar, kita mendapat pengetahuan dari dua masa yang sangat penting yaitu mengenai “era inflasi”. Ketika itu alam semesta mengembang dengan laju yang terbilang sangat cepat dan mengejutkan dan “masa pemisahan” yang terjadi sekitar 380.000 setelah ledakan besar ketika radiasi latar belakang diketahui berhenti berinteraksi dengan zat. Era inflasi ini berlangsung cukup singkat, pada saat itu ruang dan waktu mengembang lebih cepat bahkan lebih daripada kecepatan cahaya. Pengembangan ini terjadi cukup signifikan, karena dalam waktu sepermiliar triliun triliun detik mengembang dari ukuran yang sangat kecil yaitu seratus miliar kali lebih kecil dari ukuran proton, menjadi sekitar 10 sentimeter. Memang dulu alam semesta sangat kecil, tetapi setelah ledakan besar, terjadi yang namanya fase transisi yang dapat diamati di radiasi latar belakang.

Setelah ledakan Big Bang dan alam semesta mengalami pengembangan. Dalam kurun waktu beberapa ratus juta tahun yang lalu, terjadilah ledakan Kambrium yang menjadi awal bagi kehidupan makhluk hidup. Setelah ledakan Kambrium, Bumi mengalami diversifikasi secara masif dalam kaitannya dengan perubahan biologis dan geologis. Semenjak bumi terbentuk, kemunculan makhluk hidup ini yang secara tiba-tiba menandakan bahwa ini merupakan penciptaan oleh Allah SWT. Makhluk hidup muncul tanpa nenek moyang, mulai dari makhluk hidup yang berukuran sangat kecil, hingga berevolusi menjadi makhluk hidup yang hidup sampai saat ini. Tentu saja, dalam proses evolusi itu, makhluk hidup beberapa kali mengalami seleksi alam di setiap zamannya, dengan asumsi makhluk hidup yang kuat bertahan, ia yang akan terus menciptakan generasi-generasi selanjutnya. Tidak hanya itu Cambrium Explode juga merupakan awal dari bagian evolusi seperti yang dirumuskan oleh Darwin. Maka untuk menjawab pertanyaan apa yang terjadi setelah ledakan Big Bang adalah terbentuknya suatu kehidupan dan salah satunya adalah adanya ledakan kambrium yang menjadi titik awal bagi evolusi kehidupan di muka bumi.

Kehidupan ini bermula setelah melewati beberapa peristiwa besar di alam semesta. Big Bang mengawalinya dengan membuat materi-materi yang berada di alam semesta terpisah dan membentuk benda-benda langit. Ledakan Kambrium menjadi titik awal bagi berlangsungnya kehidupan yang ada di muka bumi, sehingga evolusi menjadi kelanjutan atas peristiwa-peristiwa yang berlangsung hingga saat ini. Sudah disinggung sebelumnya, air lah yang menjadi komponen yang paling penting dalam keberlangsungan hidup. Air juga termasuk zat yang disebutkan di dalam kitab suci umat Islam sebagai yang mengawali kehidupan. Sehingga di sini cukup menegaskan bahwasanya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam mengetahui segala yang terjadi pada alam semesta. 

 

●REFERENSI

Cicilia Yayuk, Rian Vebrianto, Zarkasih. 2020. Analisis Pemahaman Guru MI tentang Alam Semesta Meluas dalam Perspektif Islam dan Sains. Jurnal Basicedu. Vol 4(1): 110-116.

deGrasse Tyson, Neil, Donald Goldsmith. 2020. Asal Mula: Terjadinya Alam Semesta, Galaksi, Tata Surya, dan Kita. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Perdana Prasetya, Sukma. Teori Tentang Terbentuknya Alam Semesta.

 

Posting Komentar

6 Komentar