Ex Nihilo Nihil Fit; Sebuah cerpen Big Smoke

Big Smoke
 

Di sebuah perkampungan yang bernama Kampung Ciberuk, ada tiga pemuda preman yang bernama Ucu, Jabruy, dan Oboy. Mereka setiap harinya adalah bermalas-malasan pada pagi hingga siang hari, sedangkan pada sore hingga malam hari mereka bertiga selalu berkumpul di jalan masuk kampung untuk meminta iuran alias memalak kepada setiap orang yang lewat dan uang yang mereka dapatkan selalu digunakan untuk kesenangan mereka. Meskipun mereka sering memalak, tetapi mereka bertiga tidak akan bisa menerima jika ada yang mengusik kampung mereka, terutama dalam hal keamanan seperti pencurian dan pembegalan. Sehingga kampung mereka menjadi aman. 

Mereka memiliki watak dan karakteristiknya masing-masing. Ucu memiliki perawakan yang normal pada umumnya, kulit sawo matang, rambut botak, kumis tipis, dan memiliki watak yang keras, pemarah, berpikir realistis, dan pemalas, bisa dibilang kecil-kecil cabe rawit. Jabruy memiliki perawakan lebih tinggi dari Ucu, badan lebih berisi, kulit lebih gelap daripada Ucu, wajah sangar, rambut tipis serta kumis yang berewok tipis, dan memiliki watak hati yang gampang tersentuh, terkadang suka berbicara ngelantur, bisa dibilang badan Rambo hati Rinto. Kemudian yang terakhir adalah Oboy yang memiliki perawakan gempal, kulit bersih dibandingkan Ucu dan Jabruy, rambut gondrong, orang yang pragmatis, sebenarnya orang penyayang, ingin mencoba hal yang baru, bisa disebut hati selembut salju.

Suatu sore yang cerah ada sebuah pasar malam di lapangan desa, kebetulan Ucu, Jabruy, dan Oboy sedang menjaga parkiran untuk menambah uang mereka untuk bersenang-senang nanti tengah malam hingga subuh. Singkat cerita, pada siang harinya Ucu hendak ke Rumah Oboy untuk memberikan sisa uang jaga parkir kemarin, tetapi Ucu tidak sengaja mendengar pembicaraan Oboy dengan ibunya, Oboy sedang menceritakan bahwa ia bermimpi bertemu dengan almarhum ayahnya Oboy, sehingga Oboy teringat kepada pesan ayahnya sebelum meninggal untuk bisa menyekolahkan adik perempuannya hingga perguruan tinggi. Sehingga Oboy memutuskan untuk bekerja di kota demi memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dan menyekolahkan adik perempuannya yang bernama Munaroh. Ucu pun yang tidak sengaja mendengar terkaget karena sahabatnya Oboy akan pergi ke kota untuk bekerja dan Ucu pun mengurungkan niatnya untuk menemui Oboy di rumahnya lalu kembali ke rumah.

Ketika sorenya mereka berkumpul seperti biasa di jalan masuk Kampung Ciberuk. Semua tampak sama seperti biasanya, terkecuali Ucu yang mengetahui jika Oboy akan merantau ke kota untuk bekerja. Hanya Ucu yang mengetahui hal tersebut, sedangkan Jabruy belum mengetahuinya.

Ucu pun membagikan uang sisa hasil jaga parkir kemarin sore, semuanya dibagi rata dengan kedua sahabatnya, Jabruy dan Oboy. Ketika sesudah uang itu dibagikan, Oboy akhirnya bercerita bahwa ia akan pergi merantau ke kota untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Ucu yang sebenarnya sudah mengetahui pun meluapkan kekesalannya kepada Oboy. Ucu yang sedang kesal dan marah langsung spontan membentak Oboy karena Ucu khawatir kepada Oboy. Sedangkan Jabruy kaget sekaligus sedih mendengar sahabatnya akan pergi merantau. Oboy pun menjelaskan kepada sahabatnya bahwa hal ini sudah merupakan keputusannya yang bulat dan demi memenuhi kebutuhan keluarga serta menyekolahkan Munaroh hingga bisa masuk perguruan tinggi.

Ucu dan Jabruy akhirnya bisa mengerti dengan keadaan Oboy yang harus menjadi tulang punggung keluarga setelah ayah Oboy meninggal dunia. Mereka bertiga pun akhirnya bisa saling mengerti satu sama lain dan bisa menerima keadaan untuk merelakan Oboy merantau ke kota.

●●●


Oboy pun kini sudah pergi merantau ke kota meninggalkan kampung tersebut dan meninggalkan sahabat dan keluarganya. Sesampainya di Kota, Oboy langsung menemui pamannya yang bernama Mang Japra untuk bertanya lowongan pekerjaan di kota. Untungnya memang rezeki Oboy, teman pamannya yang bernama Pak Kardi mempunyai lowongan pekerjaan sebagai Office Boy di perusahaan teman pamannya Oboy. Oboy pun diterima di perusahaan tersebut dan bisa mulai bekerja pada esok hari.

Sementara itu, di kampung di siang hari bolong, sekarang hanya tinggal berdua preman kampung itu, ya benar hanya tinggal Ucu dan Jabruy yang tersisa, mereka masih menjalani aktivitas lama dengan suasana yang berbeda karena berkurang satu orang. Karena merasa jenuh Jabruy pun mengajak Ucu untuk memancing di sungai atau menggoda Ismi sang kembang desa anak pak kades di kampung sebelah. Tetapi Ucu lebih memilih untuk memancing karena jika mendapatkan hasil tangkapan ikan akan digunakan untuk lauk pauk makan malam, lagipula Ucu tidak tertarik pada Ismi sang kembang desa, Ucu lebih tertarik pada Puput anaknya Pak Mamat. Tetapi Ucu tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Puput karena dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapa dan tidak mempunyai apa-apa. 

Akhirnya pergilah mereka berdua ke sungai untuk memancing, tetapi hingga sore hari mereka tak kunjung mendapatkan hasil tangkapan sama sekali. Ucu dan Jabruy pun mengakhiri memancingnya karena sudah terlalu jenuh. Akhirnya mereka berdua pulang ke rumah masing-masing.

Sesampainya di rumah, Jabruy langsung masuk ke kamarnya untuk menyendiri dan akhirnya Jabruy secara tidak sadar meneteskan air matanya karena rindu pada sahabatnya Oboy dan juga merindukan masa-masa bersama saat bertiga. Benarkan bahwa Jabruy si badan Rambo hati Rinto. Hingga tak secara sadar Jabruy pun tertidur dan memimpikan jika Oboy sahabatnya itu sedang mengalami hal buruk. Tetapi untungnya hanya dalam mimpi.

Sedangkan Ucu saat tiba di rumahnya, hanya melamun di teras rumahnya sambil mengenang masa-masa dengan Jabruy dan Oboy. Ucu sebenarnya masih belum bisa menerima keadaan, dia masih merasa kesal. Tiba-tiba Ucu pun memukul tembok rumah untuk meluapkan kekesalannya. Tetapi anehnya tangan Ucu hanya memerah, heran kok bisa, ya? Edan. Karena Ucu memukul tembok sehingga mengagetkan kedua orang tuanya sembari memarahi Ucu karena Ucu seperti tidak punya keinginan untuk bekerja yang lebih baik.

Sementara itu di kota, Oboy yang sudah memiliki pekerjaan pun merasakan hal yang sama, yaitu merindukan masa-masa bersama sahabatnya. Karena Oboy masih baru tinggal di kota jadi Oboy belum mempunyai teman dekat sehingga Oboy pun merasa kesepian, ingin menelepon Ucu atau Jabruy tetapi takut akan mengganggu mereka. Begitu pun sebaliknya Ucu atau Jabruy ingin menelepon Oboy pun takut mengganggu Oboy saat bekerja.

Ucu dan Jabruy pun sekarang sudah jarang bertemu karena merasa ada yang kurang akibat merantaunya Oboy. Merasa sepi tanpa bicara yang ngelantur, justru itulah yang membuat suasana ramai tertawa karena bicara ngelanturnya Oboy. Ucu dan Oboy hanya bertemu saat malam rabu, malam minggu, dan jika ada acara tertentu seperti pasar malam.

Saat ini Jabruy lebih sering mengurung diri di kamar dan tak jarang pula Jabruy menangis merindukan sahabat-sahabatnya. Sedangkan Ucu lebih sering melamun mengenang masa kenangan indah bersama sahabat-sahabatnya di halaman belakang sambil memberi pangan peliharaan ayam jago milik ayahnya. Sementara Oboy yang siangnya bekerja dan malamnya menyendiri di kamar mess-nya sambil merindukan para sahabatnya dan keluarganya terutama ibunya dan Munaroh adik perempuannya.

Beberapa bulan kemudian, aktivitas Jabruy sekarang sudah berubah karena termotivasi oleh Oboy yang bekerja. Jabruy bekerja sebagai tukang parkir di pasar kecamatan. Jabruy sudah bekerja selama 2 bulan dan Jabruy meskipun sudah bekerja tetapi ia selalu merasa kesepian karena jarang bertemu dengan Ucu dan Oboy. Berbeda dengan Jabruy, Ucu memilih meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai peternak di peternakan ayam dan sapi milik Pak Badri karena ayahnya yang sudah tua dan sering jatuh sakit.

Pagi sampai sore Ucu dan Jabruy bekerja dan sore hingga malam hari Ucu dan Jabruy masih suka berkumpul di jalan masuk kampung, melanjutkan aktivitas lamanya yaitu memalak kepada orang yang lewat dengan alasan sebagai imbalan menjaga kampung. Mereka berdua berkumpul sudah tidak sampai subuh karena keesokan harinya harus bekerja, kecuali jika esok harinya sedang libur atau hari minggu baru mereka berdua berkumpul sampai dini hari.

Sementara itu di kota, ada satu keluarga yang tertular virus yang sedang mewabah di hampir seluruh dunia dan kini mulai masuk ke kota besar karena satu keluarga tersebut baru pulang dari liburannya di beberapa negara. Wabah tersebut menyebar dengan cepat karena karakteristik virusnya yang cepat menyebar melalui kontak fisik. Akibatnya di kota besar tersebut mengalami kepanikan yang tidak terhindarkan.

Oboy pun terpaksa harus diliburkan oleh perusahaan tempat ia bekerja, Oboy berniat untuk pulang ke kampung karena di kota sudah mewabah virus tersebut. Oboy bersikeras untuk pulang ke kampung halaman meski sudah dilarang oleh petugas keamanan. Tetapi Oboy berhasil pulang ke kampung dengan naik bus malam tujuan kabupaten di mana kampung halaman Oboy berada. Oboy naik bus malam karena jika sudah malam hari petugas yang berjaga tidak sebanyak dan seketat saat siang hari, jadi Oboy pulang saat malam hari.

Oboy yang merasa sehat dengan santainya pulang ke kampung halaman. Pagi harinya Oboy tiba di kampung halamannya langsung menemui keluarganya karena sudah merasakan rindu yang berat. Oboy pun ingin bertemu dengan sahabatnya namun ia dilarang oleh ibunya karena disuruh istirahat, Oboy pun menurut apa kata ibunya.

Jabruy yang mendengar kabar Oboy sudah pulang ke kampung halaman langsung pulang dari pasar tempat ia bekerja, setibanya di jalan antar provinsi dekat pasar ia hendak menyeberangi jalan, namun nahas saat ia menyebrangi jalan ia tertabrak oleh sebuah truk yang melaju kencang karena mengalami rem blong, Jabruy meninggal seketika. Ucu yang mendengar kabar tersebut pun langsung pingsan karena kaget mendengar sahabatnya telah tiada. Jenazah Jabruy yang sudah hancur akibat tabrakan tersebut langsung dimakamkan oleh keluarganya.

Ucu menghadiri pemakaman Jabruy sambil menangis sejadi-jadinya melihat sahabatnya itu sudah tiada. Oboy belum mengetahui kabar tersebut karena Oboy masih tertidur di kamarnya. Ketika Oboy terbangun pada jam 3 sore mendengar Jabruy yang telah tiada langsung terperanjak kaget dan langsung bergegas menuju makam Alm. Jabruy, namun setibanya di sana sudah sepi tidak ada siapa pun. 

Malam harinya ketika pengajian di rumah Alm. Jabruy terlihat Oboy datang dan bersalaman, tetapi berbeda dengan Ucu yang tidak terlihat hadir di pengajian tersebut. Ucu memilih menyendiri di kamarnya.

Keesokan harinya semua orang yang tadi malam bersalaman dengan Oboy mengalami gejala yang sama seperti wabah yang terjadi di kota. Oboy dan keluarga pun mengalami hal yang sama seperti warga lain, termasuk keluarga Ucu. Tiga hari kemudian, Ucu yang belum pulang ke rumah selama tiga hari semenjak pemakaman Jabruy lantaran melamun galau, Ucu mendapatkan kabar bahwa ibu dan ayahnya meninggal dunia secara bersamaan karena diduga terjangkit virus yang terbawa oleh Oboy. Ucu langsung pulang dan menangis di pusaran kedua orangtuanya.

Keesokan harinya giliran keluarga Oboy mengalami hal yang sama, termasuk Oboy pun telah meninggal dunia akibat diduga terjangkit virus tersebut. Ucu semakin galau mendengar keluarga dan sahabatnya telah tiada, Ucu semakin stress sehingga berniat bunuh diri namun tidak jadi karena bertemu dengan seorang laki-laki paruh baya yang mengatakan pepatah Yunani Kuno yang berarti “tidak ada yang bisa muncul dari ketiadaan”, lalu lelaki itu lanjut berbicara “wahai anak muda, perubahan itu tidak akan muncul dari ketiadaan keinginan untuk berubah dalam diri kita, kau boleh bersedih, namun kau harus bisa bangkit dari kesedihan itu”. Ucu yang mendengar perkataan lelaki itu pun berpikir bahwa ia masih punya kehidupan yang harus dilanjutkan.

Ucu tidak terjangkit karena ia tahu jika virus tersebut menular melalui kontak fisik, sehingga ia tidak mau melakukan kontak fisik dengan siapa pun. Pada akhirnya Ucu bisa mengikhlaskan kepergian dari semua orang yang disayanginya dan melanjutkan kehidupan dengan bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selesai


Posting Komentar

0 Komentar