Bipolar Disorder - Ciri, Gejala, dan Perbedaan Bipolar dengan Moody

Nabila S Andini

Bipolar Disorder: Ciri, Gejala, dan Perbedaan Bipolar dengan Moody

Suasana hati setiap individu berbeda-beda, terkadang ada individu yang dapat mengalami perubahan suasana hati (mood) begitu cepat, sehingga sering disebut moody. Individu yang moody akan cenderung mengalami perubahan mood secara cepat, seperti ketika muncul perasaan senang, tetapi dalam beberapa menit berubah menjadi perasaan sedih, lalu berubah menjadi kesal, dan senang kembali. Salah satu ciri dari gejala bipolar disorder ialah perubahan mood, akan tetapi moody dengan bipolar itu tidak sama.

Bipolar disorder merupakan salah satu jenis gangguan mood. Mood dalam Bahasa lain disebut “afek”. Mood berbeda dengan emosi. Emosi adalah sesuatu yang terjadi dalam jangka waktu pendek, tetapi masih berkaitan dengan perasaan. Sedangkan, mood merupakan suasana hati yang bertahan lebih lama daripada emosi. Mood dapat dianggap gangguan jika terjadi karena sifatnya yang tidak biasa, bertahan lama, cukup parah dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Terdapat dua jenis gangguan mood, yaitu gangguan unipolar dan gangguan bipolar. Gangguan bipolar ditandai dengan dengan penurunan mood. Gangguan bipolar memiliki dua kutub, yakni kutub depresi dan kutub mania. Kutub depresi terjadi ketika penderita mengalami perubahan mood negative atau depresif. Sedangkan, kutub mania terjadi ketika mood penderita mengalami peningkatan yang extreme. Gangguan bipolar pada setiap orang pun sangat berbeda. Gejalanya bervariasi, karena tergantung pada pola, tingkat keparahan, dan frekuensi. Bipolar disorder terdiri dari bipolar I, yaitu mania dan depresi mayor, dan bipolar II, yaitu depresi mayor dan hipomania (dengan gejala lebih ringan). 

A. Gejala Depresif (depresi mayor)

1. Mengalami penurunan mood, seperti adanya perasaan sedih terus-menerus, perasaan hampa, lebih sering menangis, dan menjadi lebih sensitive.

2. Penurunan selera makan.

3. Perubahan pola tidur, dimana kadang dapat tidur terus-menerus atau justru tidak bisa tidur sama sekali.

4. Merasa tidak berharga.

5. Dan, jika kasusnya kronis, maka penderita akan sering berpikir tentang kematian dan bunuh diri. Bahkan dapat memicu perilaku psikosis, yaitu halusinasi dan delusi.

Ciri-ciri gejala diatas minimal harus terjadi selama dua minggu berturut-turut.

B. Gangguan Mania

1. Mengalami peningkatan mood yang ekstrim secara mendadak.

2. Memiliki energi yang tidak terbatas.

3. Hiperaktif.

4. Memiliki banyak ide dan suka berpindah-pindah, serta tidak bisa mengeksekusi sampai selesai.

5. Menurunnya kebutuhan tidur, karena di kepala nya berisi banyak ide-ide yang ingin dikerjakan.  

C. Hipomania

Hipomania merupakan bentuk gejala yang kurang parah dari mania. Dalam kondisi ini pasien akan merasa energik, gembira, dan produktif. Kondisi ini kurang lebih mirip dengan gejala mania, bedanya mood penderita lebih tenang dan kembali normal seperti semula. 

D. Gejala Campuran

Episode campuran merupakan keadaan ketika gejala mania dan gejala depresi terjadi secara bersamaan. Dalam keadaan tertentu penderita dapat merasakan energi yang berlebihan, sulit tidur, muncul banyak ide-di kepala, menjadi lebih agresif, dan panic (mania). Namun, beberapa saat kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, merasa tidak berharga dan muncul pikiran negative terhadap lingkungannya, serta adanya keinginan bunuh diri. Dan, hal ini terjadi secara bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat.
Bipolar disorder disebabkan oleh factor genetic, karena hampir tidak mungkin seseorang yang menderita bipolar tanpa adanya factor bawaan. Bipolar disorder dapat dijelaskan sebagai beberapa sebab yang saling berinteraksi dalam kerangka diastasis stress. Diastasis stress adalah kerentanan, dimana seseorang sudah memiliki bawaan atau bakat untuk pengembangan gangguan, namun belum tentu muncul menjadi gangguan. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya menderita bipolar disorder memiliki resiko mengidap yang sama sebesar 15 - 30% dan jika kedua orang tuanya menderita bipolar disorder, maka 50 - 75% anak mereka akan berisiko mengidap bipolar disorder. Diastasis stress berusaha untuk menggabungkan biologis dengan psikologis.

Hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko kambuhnya gangguan, yaitu dengan pemberian dukungan social, karena dukungan social dari orang-orang sekitar sangat berperan penting bagi mereka yang mengidap bipolar atau gangguan mental lainnya. Menurut teori Psikodinamika, cara untuk menangani gangguan mood, yaitu dengan lebih focus dalam melakukan dan mengembangkan hal-hal adaptif (bermanfaat). Dengan demikian, penderita yang mengidap bipolar disorder atau penyakit gangguan mental lainnya harus selalu di support dan diberi penguatan bahwa walaupun mentalnya sakit, mereka masih tetap dapat beraktivitas dengan melakukan hal yang bermanfaat dan menyenangkan untuk dirinya.
 

Posting Komentar

0 Komentar