Humble Bragging: Perilaku Pamer dengan Adu Nasib dan Merendahkan Diri Sendiri

Nabila S Andini
 


Bersikap dan berperilaku dengan tujuan menyombongkan dan membanggakan diri kini dapat dilakukan dalam bentuk lain. Dengan adanya perkembangan teknologi dan penyebaran informasi yang cepat, maka semakin memudahkan setiap orang mengakses dan mem-viralkan apapun sampai hal tersebut dapat menjadi sebuah trend. Salah satunya trend pamer atau menyombongkan apapun tentang diri sendiri, namun dengan cara tidak langsung, sehingga tidak langsung ter-notice bahwa orang tersebut sedang memamerkan atau membanggakan dirinya. Di pembahasan sebelumnya telah dibahas fenomena pamer yang disebut flexing (bisa baca di sini).

Dalam psikologi sikap dan perilaku individu yang seringkali memamerkan dan membanggakan dirinya secara tidak langsung disebut humble bragging. Humble bragging berbeda dengan flexing. Flexing adalah perilaku pamer secara langsung dan berusaha mengikuti gaya hidup orang lain agar terlihat setara. Sedangkan, humble bragg adalah perilaku pamer secara tidak langsung dengan mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh produser serial Parks and Reaction bernama Harris Wittels. Humblebrag biasanya ditujukan kepada individu yang berusaha menyombongkan diri secara tidak langsung dengan perilaku adu nasib, di mana individu tersebut menganggap bahwa dirinya paling menderita, paling pekerja keras, dan paling sering berkorban. Individu juga sering mengeluh, mengkritik diri sendiri dan lingkungan sekitar dengan menyisipkan kalimat pujian secara tersirat. Tujuannya untuk membanggakan dan memamerkan diri dengan bebas, membuat orang lain kagum, segan dan dihormati, serta untuk mendapat perhatian, pujian dan perlakuan spesial dari orang lain.  

Perilaku humblebrag biasanya dilakukan ketika individu ingin pamer, tetapi tetap terlihat sebagai pribadi yang rendah hati, dan biasanya individu yang berperilaku humblebrag seringkali mengatakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Perilaku humblebrag ini umumnya sering dilakukan oleh mereka dari kalangan influencer atau artis agar mendapat perhatian dari para penggemarnya. Perilaku humblebrag menjadi salah dan menyebalkan jika dilakukan untuk membanggakan diri sendiri, tetapi menipu orang lain dengan hal yang sebenarnya tidak ada. Dibawah ini terdapat dua bentuk perilaku humblebrag yang sering ditemui di media sosial maupun kehidupan nyata. 

1. Perilaku humblebrag dengan merendahkan diri sendiri agar mendapat pengakuan dari orang lain, misalnya “aku gak nyangka bisa dapet IPK tertinggi semester ini, padahal aku gak pinter, belajar juga kalo niat aja”, “IPK aku 3,85 padahal aku ga paham materi yang dijelasin” atau “kamu enak banget bisa makan apa aja tanpa takut gendut, aku minum air aja berat badan nya udah naik”. 

2.  Perilaku humblebrag dengan mengeluh atau mengkritik diri sendiri agar mendapat pujian dan perhatian dari orang lain, misalnya “masa aku dikira masih anak kuliahan sama abang ojol, padahal umur aku hampir 30-an, emangnya gak kelihatan ya kalau aku agak tua?” atau “ah kamu mah enak semuanya masih dibayarin dan pake duit orang tua, aku dong kalau mau sesuatu harus cape dulu, kerja sendiri” 

Berdasarkan dua tipe di atas, maka dapat disimpulkan ciri dari perilaku humblebrag, yaitu dengan kalimat keluhan dan perilaku merendahkan diri. Pada tipe pertama, individu ingin menyatakan bahwa sebenarnya ia pintar dan mampu memahami materi dengan baik, serta mana mungkin ada orang yang minum air saja dapat membuat berat badan naik. Jelas itu kalimat yang menyiratkan bahwa tubuh nya tidak gendut. Dan, pada tipe dua, individu ingin menyatakan bahwa dirinya masih awet muda, pekerja keras, dan mandiri, karena sudah tidak menyusahkan orangtuanya lagi. 

Dalam jurnal penelitian psikologi kepribadian dan sosial yang dilakukan oleh Ovul Sezer, individu yang melakukan humblebrag lebih tidak disukai daripada individu yang berbohong. Dan, sebanyak 70% mengaku mengalami fenomena humblebrag dari orang-orang di lingkungan sekitar, 6% diantaranya melakukan humblebrag tipe dua. Lalu, bagaimana cara untuk menghindari dan tidak melakukan humblebragging? Caranya, yaitu dengan bersikap apa adanya, jika ingin dihargai, maka hargai orang, jika ingin dipercaya, maka jangan rusak kepercayaan orang, dan berperilaku tulus tanpa mengharapkan apapun, jika bertemu dengan orang yang humblebrag, maka hindari atau akhiri obrolan.

Semua orang berhak untuk menceritakan kesuksesan dan pencapaiannya, namun ceritakan dengan tidak berlebihan, perhatikan gestur tubuh, tata kalimat, vokal suara, dan cara penyampaian. Pelajari bagaimana cara komunikasi yang jelas dan meyakinkan, serta jujur lah dalam berbicara dan bercerita, karena kejujuran itu akan terdengar lebih tulus.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mungkin tanpa sadar kita sendiri atau orang-orang di sekitar kita sering memamerkan dan membanggakan dirinya secara tidak langsung atau berperilaku humblebrag. Menurut saya, tidak ada salahnya berperilaku humblebrag, karena mungkin saja seseorang ingin menaikkan derajat citra dirinya di mata orang lain secara professional, tetapi jika humblebrag dilakukan hanya untuk sekedar mendapatkan pengakuan atas hal yang tidak sesuai dengan kenyataan itu jelas salah. Tanpa perlu menyombongkan diri dan pamer, kita pasti mendapatkan kepercayaan dan perhatian orang lain dengan sendiri nya. Kebohongan dan perilaku pamer hanya akan membuat orang lain kesal dan menjauh dari kita.


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Sangat insightful ya, terimakasih buat pengetahuan baru nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeay, sama-sama. Terima kasih, ya sudah membaca tulisan ini��

      Hapus
  2. Ini sering terjadi sih, baru tau kalo ada nama psikologinya. Sangat bermanfaat!

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, bisa nambah pengetahuan baru, ya. Semoga kita dijauhin dari orang-orang humble tapi pamer, xixii. Terima kasih sudah membaca��

    BalasHapus