Konsep Teori Belajar J. Piaget: Tahapan dalam Perkembangan Kognitif

Nabila S Andini
 

-

J. Piaget (1896) terkenal dengan teorinya mengenai tahapan perkembangan kognisi. Lahir di Swiss pada tanggal 9 Agustus 1896, menerbitkan artikel pertamanya tentang psikologi kecerdasan dimuat dalam journal de Psychologie. Ia menggunakan pendekatan yang disebutnya metode klinis (clinical method), di mana orang dewasa menyajikan tugas atau soal dan menanyakan kepada anak serangkaian pertanyaan tentang hal itu, memodifikasi pertanyaan selanjutnya untuk melihat jawaban anak terhadap jawaban-jawaban sebelumnya.  Teori Piaget menekankan pada keaktifan peserta didik, melibatkan aktif perserta didik, belajar aktif dan guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Piaget, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun dunianya. Dia mengamati perilaku anak lalu menghasilkan teori yang menekankan bahwa anak-anak memiliki cara berpikir berbeda dengan orang dewasa.

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan lingkungan. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, diturunkan dari analisis perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ/kecerdasan) adalah sistem kehidupan lainnya yaitu proses adaptasi.

Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun kepercayaan dan pemahaman mereka dari pengalaman mereka sendiri, untuk itu, teorinya kadang-kadang disebut teori kostruktivis (constructivist) atau, lebih umum, konstruktivisme (contructivism). 

Ada beberapa konsep yang dikemukakan oleh J. Piaget dalam teori perkembangan kognitif:

1.Intelegensi (kecerdasan)

Teori Piaget sering disebut sebagai genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual. Menurut Piaget, intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman, intelegensi juga merupakan bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka.

2.Skemata

Skema adalah cara mempersepsi, memahami, dan berfikir tentang dunia. Dalam terminologi Piaget, hal-hal yang dilakukan dan diketahui anak-anak diorganisasikan sebagai sebuah skema (schemes). Piaget menggunakan skema sebagai perantara favoritnya. Kita biasa menyebutnya sebagai kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental. Awalnya, skema anak-anak sebagian besar bersifat perilaku, tetapi seiring waktu berjalan menjadi semakin bersifat mental dan akhirnya abstrak. Sebagai contoh, seorang bayi mungkin memiliki skema perilaku memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut yang ia terapkan pada berbagai objek, termasuk ibu jari, kue, dan mainannya. Anak berusia 7 tahun mungkin memiliki skema mental untuk mengidentifikasi ular termasuk tubuhnya yang panjang dan kurus; tidak berkaki; dan licin.

3.Asimiliasi

Asimilasi adalah proses kognitif di mana anak mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Sebagai contoh, seorang bayi dapat mengasimilasi beruang teddy baru ke skema memasukkan barang dalam mulut. Seorang anak 7 tahun dengan cepat mengidentifikasi makhluk yang licin di taman sebagai ular.

4.Akomodasi

Akomodasi adalah konsep Piaget mengenai pembentukan skema agar sesuai dengan infomasi dan pengalaman baru. Terkadang anak-anak tidak dapat dengan mudah menafsirkan dan merespons objek atau peristiwa baru menggunakan skema yang ada. Dalam situasi ini, anak-anak perlu menyesuaikan cara berpikir mereka saat ini untuk lebih memahami informasi yang baru dipelajari ini. Akomodasi dapat terjadi dengan dua cara; (1) memodifikasi skema yang ada untuk menjelaskan objek atau peristiwa baru atau; (2) membentuk skema baru untuk memahami objek atau peristiwa baru. Sebagai contoh, seorang bayi mungkin harus membuka mulutnya lebih lebar dari biasanya untuk mengakomodasikan cakar gemuk beruang teddy. Seorang anak 7 tahun yang bertemu dengan makhluk panjang dan licin dengan empat kaki mungkin menyadari bahwa ia tidak dapat menerapkan skema ular dan dengan demikian, setelah beberapa pertimbangan, ia bisa dapat memperoleh skema baru, bahwa makhluk tersebut adalah Salamander.

●Tahap Perkembangan Kognitif menurut Piaget

1.Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 6 atau 7 tahun)

Pada bagian awal tahapan praoperasional (preoperational stage) keterampilan bahasa anak-anak benar-benar sedang keluar, dan banyak kata dalam kosakata mereka yang meningkat pesat berfungsi sebagai simbol yang memungkinkan mereka untuk secara mental mewakili dan berpikir tentang berbagai objek dan peristiwa. Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi. Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadi, dan karenanya ia menjadi egois. Contohnya anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain. Pada tahap ini juga anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran yang logis (reversible). Pikiran mereka masih bersifat irreversible atau imajinatif dan tidak logis.

2.Tahap Konkret (Usia 6 atau 7 sampai 11 tahun atau 12 tahun)

Piaget menyatakan pendapat bahwa ketika anak-anak memasuki tahap operasional konkret (concret operations stage), proses berpikir mereka menjadi terorganisir ke dalam sistem proses mental yang lebih besar. Memungkinkan mereka berpikir lebih logis daripada sebelumnya. Contohnya, anak sudah dapat membedakan ukuran binatang, ataupun sudah dapat mengelompokkannya berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki.

3.Tahap Operasi Formal (Usia 11 atau 12 tahun hingga Dewasa)

Teori Piaget menyarankan bahwa anak-anak tidak dapat terlibat dalam pemikiran yang benar-benar kompleks tentang konsep-konsep abstrak sebelum mereka mencapai tahap keempat, yang dikenal sebagai operasi formal (formal operations). Pada puncak perkembangan struktur ini, anak remaja akan mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain. Contohnya, membuktikan benda-benda yang dapat dilarutkan dan tidak terlarut dalam air.

Seperti sebelumnya, di awal sudah disebutkan Piaget mengemukakan metode klinis yang mengatakan bahwa orang dewasa menyelidiki pikiran anak-anak tentang tugas atau soal tertentu melalui serangkaian pertanyaan yang dirancang secara individual. Misalnya, seorang guru dapat menyajikan peta jalan Spanyol, peta udara Los Angeles, peta bantuan tiga dimensi untuk area pegunungan, dan meminta siswa menafsirkan apa yang mereka lihat.

Namun, Piaget juga menyarankan adanya pengalaman langsung yang dialami oleh anak bahwa eksplorasi lingkungan fisik sebagian besar merupakan upaya yang diprakarsai dan diarahkan anak. Anak-anak kecil tentu dapat belajar banyak dari interaksi informal mereka dengan pasir, air, dan zat alam lainnya (Hutt, Tyler, Hutt & Christopherson, 1989).

Para peneliti mengemukakan, bagaimanapun, bahwa pengalaman langsung biasanya lebih efektif ketika dikombinasikan dengan instruksi yang membantu siswa menarik kesimpulan yang tepat dari apa yang mereka amati (Fujimura, 2001; Hardy, Jonen, Moller, & Stern, 2006; R.E. Mayer, 2004). Meskipun tidak ada bimbingan guru dan pertanyaan arahan, siswa dapat menarik kesimpulan hanya berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan. Misalnya secara keliru, siswa menyimpulkan bahwa sepotong Sterofoam yang sangat kecil pasti tidak memliki bobot apapun, dan mereka mungkin gagal memisahkan dan mengendalikan variabel dalam eksperimen mereka.

Teori Piaget sangat relevan dalam pengajaran yang menggunakan logika, misalnya matematika. Contohnya, pada anak-anak di sekolah dasar kelas satu mereka diperkenalkan dengan bangun ruang. Pada tahap ini, anak mulai mengenal bentuk-bentuk dari bangun ruang seperti kubus, balok, tabung, prisma, kerucut, dan bola. Anak mulai mengelompokkan bangun ruang, berkontekstual dengan bangun tersebut sehingga ada pemahaman tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti kubus, memiliki panjang, lebar dan juga tinggi. Namun, keterhubungan antara unsur-unsur yang dimiliki belum dijelaskan. Kemudian, pada pembelajaran di kelas selanjutnya, mulai diperkenalkan operasi-operasi sederhana. Sampai pada tahapan-tahapan yang lebih kompleks.

Kelebihan dari teori ini :

1.Meningkatkan motivasi belajar
2.Membantu menyelesaikan masalah pada anak (problem solving)
3.Menjadikan anak lebih kreatif

Kekurangan dari teori ini :

1.Tidak berlaku untuk satu anak saja
2.Penerapannya sulit untuk tingkat lanjut
3.Tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan

 

REFERENSI

Hutt, S.J., Tyler, S., Hutt, C. and Christopherson, H. (1989). Play, Exploration and Learning: A Natural History of The Pre-School. London: Routledge.



 

Posting Komentar

0 Komentar