Membangun Kebiasaan Disiplin Diri dalam Konsep Pemikiran Marcus Aurelius

Syamsul Arifin
 


Marcus Aurelius sebagai Kaisar Roma terkenal karena pengajaran intelektualnya. Ia juga dikenal sebagai salah satu yang menjalankan filsafat Stoa. Filsafat Stoa baginya merupakan kebajikan yang baik yang berfokus pada pengembangan pengendalian diri. Dalam buku Meditasi, terdapat tiga benang merah yang oleh Pierre Hadot secara rinci dikatakan sebagai sentral filosofi, di antaranya; disiplin persepsi, tindakan, dan kehendak.

1. Disiplin Persepsi
Disiplin persepsi mengharuskan kita untuk mempertahankan objektivitas pemikiran kita yang mutlak. Kita melihat segala sesuatu bersifat apa adanya dan tidak memihak.

2. Disiplin Tindakan
Disiplin tindakan berkaitan dengan hubungan kita dengan orang lain. Kita perlu hidup seperti yang dibutuhkan oleh alam. Untuk memahami disiplin ini, Marcus mengatakan bahwa kita diciptakan untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Alam tidak bersifat egois, dan kita harus demikian. Kita harus memiliki kebaikan kolektif dan memperlakukan orang lain dengan sikap yang adil.

3. Disiplin Kehendak
Tindakan yang diberikan oleh alam kepada kita seperti kebakaran, penyakit, hingga kematian sangatlah tidak menyenangkan. Begitupun perlakuan orang lain terhadap kita. Kita tidak dapat mengendalikan perbuatan apa saja yang dapat kita terima dari orang lain yang membuat hidup kita tidak nyaman, namun kita dapat mengontrol persepsi kita terhadap perbuatan atau perlakuan tersebut. Kembali pada penjelasan disiplin kehendak, bahwa kita harus memperlakukan orang lain dengan adil, sebab kita tahu, perlakuan buruk itu sangat membuat tidak nyaman, dan kita memiliki kehendak untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain.

Objective judgment, now at this very moment. Unselfish action, now at this very moment. Willing acceptance—now at this very moment—of all external events. That’s all you need.”— Marcus Aurelius

Ketiga disiplin di atas merupakan inti dari meditasi karya Marcus Aurelius. Kita dapat menerapkan ketiganya dalam kehidupan sebagai sistem operasi seumur hidup.

Lalu bagaimana dengan membangun disiplin diri dalam kehidupan sehari-hari? Marcus Aurelius memberikan beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk membantu kita mencapai sesuatu dengan proses mendisiplinkan diri, di antaranya sebagai berikut:

1. Temukan Tujuan

 

What do I have to complain of, if I’m going to do what I was born for — the things I was brought into the world to do? Or is this what I was created for? To huddle under the blankets and stay warm?-Marcus Aurelius


Marcus Aurelius percaya bahwa kita semua pasti memiliki tujuan. Dengan adanya tujuan, kita akan tergerak untuk keluar dari tempat tidur dan bergegas untuk meraihnya setiap hari. Ketika kita menetapkan sesuatu yang hendak dicapai, maka kita harus bergerak untuk meraihnya. Tujuan akan mengantarkan kita untuk mencapai sesuatu yang ingin kita raih. Jika Anda ingin menjadi seorang seniman, menggambar dan berkreasilah setiap hari. Jika Anda ingin menjadi penulis, menulislah setiap hari. Ketika Anda menetapkan tujuan, Anda akan memiliki dorongan, keinginan, dan motivasi internal yang akan membantu Anda mencapainya.

2. Komitmen
Ketika kita sudah memiliki tujuan yang kuat, langkah selanjutnya adalah berkomitmen terhadap hal-hal kecil yang dapat dilakukan untuk meraih tujuan tersebut. Jangan hanya berfokus dan berkomitmen terhadap hasil besar yang akan dituju, melainkan Anda juga harus menghargai hal-hal kecil, langkah-langkah kecil, dan proses lain yang terlibat dalam memaksimalkan tujuan Anda. Hal ini perlu diperhatikan, sebab jika kita mengabaikan proses ini, Anda hanya akan berfokus pada tujuan akhir, bukan menikmati dan belajar dari prosesnya. Hindari pula kebiasaan-kebiasaan yang hanya akan membuat tujuan Anda mengalami stagnasi, seperti menyerah, menunda aksi, dan hal lain yang dapat menghilangkan bentuk disiplin diri yang akan menggagalkan Anda untuk mencapai sesuatu yang Anda inginkan.

3. Konsistensi
Cobalah konsisten terhadap sesuatu yang Anda mulai, sebab tujuan dan rencana praktis dapat digagalkan dengan mudah jika Anda tidak menerapkan konsistensi dalam meraih tujuan. Jika Anda kehilangan konsistensi, cobalah cari motivasi diri untuk melakukan kembali sesuatu yang Anda mulai.

4. Latihan
Dalam hal apa pun, latihan itu perlu. Latihan jika diiringi dengan konsistensi untuk melakukan sesuatu, maka kita akan dapat mengambil banyak pelajaran dan membentuk kebiasaan yang baik. Latihan adalah salah satu bentuk pembiasaan diri dalam proses pengembangan disiplin diri. Latihan sangat diperlukan dalam menunjang kebiasaan untuk meraih suatu tujuan. 

 

REFERENSI

Aurelius, M., & Zimmern, A. (1945). Meditations. Walter Scott Publishing Company.
https://fs.blog/important-life-lessons-courtesy-of-a-roman-emperor/, diakses pada 1 Agustus 2022.
 



Posting Komentar

1 Komentar