Seikat puisi: Ragam sampai dan Kram

Itsas
 



Ragam sampai

Untuk marah saja
orang sibuk membikin puisi
dikawinkannya dengan bunyi-bunyi
terbitlah berak diabadikan...
teknologi

Untuk bersedih
kiranya diam kurang membebaskan
dicarinya bebatang warna
dan sebidang hampar
lahir kemudian pengrusakan
beserta seni bergelar

Dihadapan kutu berbudi
tai berikut kelamin
dirumahkan bersana pengecap
diwakilkan rasa
dari berontak kepala


Kram

Sirna malu
raib nama
lelah berdialektika
tentang hina maupun pahala

Kalau diri tiada berpendidikan
kosong sepatah yang bisa dimakan
lebih kaya kertas tagihan dibanding pemasukan
menelurkan bayi-bayi kasbon
demi berkas-berkas lamaran dan nihil jawaban?
Adakah pandang rendamu mengupahi anak sekaleng susu?
atau lebat ayat dari uraimu mengantarnya mencari ilmu?

Dengan bajumu yang tertutup
kukira begitu pula mulutmu mengatup
sedang bagimu, senyata-nyatanya:
jenis pekerjaan dan lekuk bajuku adalah sekrup
pengunci nilai diriku di mata tuhan yang sayup


II

Pada hijau cat yang mengering lalu mengelupas
terlihat sepi memilih api
sedalam erat, saya titip pengharapan

Mengenangmu, mengeja awan-awan
tempat doa sejagat dilayangkan

Jika bulan dapat terambil simpul,
sedianya itu buatmu




Posting Komentar

3 Komentar

  1. sangatt menyentuh sekalii, saya suka puisi yg terakhir di bait terakhir, keren!!

    BalasHapus
  2. meaningful! pgn baca karya2nya yg lain, publish lg dong kaaa

    BalasHapus
  3. hwaaa bagus banget!!

    BalasHapus