Seperti yang Dinantikan Layaknya Hujan

Senandika rindu

 

Aku menunggunya, begitu tiba, ia terserap sampai ke mimpi. Selayaknya hujan yang dinantikan sepanjang musim kemarau, ia menyudahi kegersangan panjang, menumbuhkan makna-makna baru; seperti bunga, yang mekar dan terbiarkan, layu dan tergugurkan.

Mari menghela napas panjang, sisa-sisa dari yang sia-sia biarkan saja telarung di ufuk napas, biarkan saja, tonton saja, lagipula ini hanyalah hati yang sedang berkabung. Akan kuambil sekaleng camilan, mengoyak dan mengunyahnya sembari menanti senja tertutup. Jika bosan, aku akan meludahkannya. Jangan membicarakan kemubaziran, sekaleng rindu yang dimakan sendirian terkadang tidak bagus untuk diteruskan. Sementara aku cuma perindu, yang arogan dan ugal-ugalan, yang tersesat dan sulit diluruskan.

Seseorang datang, dengan sempurna ia berhasil membirukan langit, yang semula abu-abu, kini berbinar, masa mendatang pernah terlihat agak cerah. Aku memujanya seperti memuja dewi hujan, mensyukurinya sebagai jalan keluar paceklik panjang, sebab di matanya terpancar cinta, teduh dan mengibui keindahan. Menjalar suatu gairah berapi-api untuk menggapai masa depan, takkan kubiarkan hal-hal menghalangi, bahkan jika itu dirimu sendiri. Sebab, di dunia yang terlanjur tak waras ini, kau satu yang benar-benar paling kugilai.

Aku, kini, hanya nyala api yang membakar dirinya dari kebingungan. Setiap rindu, kemarahan, cinta dan kecemburuan, apalah itu? Teronggok bau di sudut ruangan, terlalu menyengat sebagai parfum, terlalu kronis untuk dipulihkan. Hati hanyalah seonggok daging busuk, ujar penderita luka yang terlalu lama. Sedangkan aku hanyalah pencemburu yang egois dan nyalang, yang mencemburui masa lalu, hari ini, dan kemungkinan di depan.

Kehadiran kadang pisau bermata ganda, satu sisi bermakna anugerah, sisi yang lain berarti bencana. Entah kau termasuk yang mana, jauh lebih baik saat aku tak mengerti. Hal-hal biarkan mengalir, tak usah dicibir, sesekali boleh dianulir, lagipula sebagian perjalanan hanyalah ketentuan-ketentuan yang tertakdirkan di balik misteri. Tak ingin lagi berpraduga, jika memang ditentukan ilahi, maka di ujung hari nanti, hati ini akan benar-benar kau juarai.

Dalam beberapa kesempatan di dalam hidup, manusia akan bertemu dengan hal-hal yang sulit diterima, tak terkecuali, termasuk aku. Tidak diberi ide apa pun untuk menolak, semua terjadi begitu saja, terhidang di depan muka sebagai suatu fakta. Meski menyakitkan sepanjang waktu, aku berusaha berlapang dada, berharap ada yang lebih indah dan berharga, meski jika itu kecil kemungkinannya, meski itu hanyalah pengharapanku semata.

Kulihat, jauh di depan sana, terpampang perjalanan yang panjang, petualangan yang lama dan kemana-mana. Saat ini, biarkan semuanya tinggal di bilik paling rahasia. Tidak akan kugunakan kaki untuk mengejar kertas-kertas robek. Tangan yang bijak tidak akan membocori lantai-lantai kapal. Akan ada yang sangat bernilai dan abadi di depan, semoga.

 

Tuhan, jika dia memang baik
maka ciptakanlah di hati saya lebih banyak cinta yang ikhlas dan bersih,
yang damai dan sejahtera, yang dengan itu saya mampu melihat dan menyatakan surga
- Imam Farx

Posting Komentar

0 Komentar