●
Saya Pendaki dan Rindu Adalah Puncak Tertinggi
Suatu hari di musim hujan,
kabut tebal meligkungi jalur-jalur sunyi,
saya seorang pendaki yang menempuh rindu
semakn jauh dan semakin tanpa lupa.
Saya menggigil dilahap mencekamnya sepi,
bila kau rumah, mampukah saya kembali?
Udara lembab mengikis jarak antara kangen
dan mata malam yang sembab
Bulan terlihat bulat di langit sana,
temaram di antara remang sabana,
saya mengingatmu sebagai titik pulang,
maka tak boleh selesai malam ini,
tanpamu, harapan adalah petualang yang hilang
Resah selalu dilahirkan oleh jarak dan asing.
Menyembul dari ranumnya pagi,
seperti mantari yang baru terbit,
selalu dan seperti itulah saya merasakanmu
Gelisah selalu ditumbuhkan oleh praduga dan tunggu.
Seperti edelweiss yang memilih bisu,
selalu dan seperti itulah cinta yang diam,
bergeming dengan akar di tanah-tanah tandus,
menunggu tatuhnya gerimis,
dengan harap, dan nanti yang tiada kenal habis.
Suatu hari di musim hujan,
kabut tebal melingkungi jalur-jalur sunyi.
Merindukanmu adalah puncak pendakian tertinggi,
terlalu dekat dengan firasat, terlalu jauh untuk kembali
Udara lembab mengikis jarak antara kangen
dan mata malam yang sembab
0 Komentar