Saya Pendaki dan Rindu Adalah Puncak Tertinggi

Imam Farx
 

Saya Pendaki dan Rindu Adalah Puncak Tertinggi

Suatu hari di musim hujan,
kabut tebal meligkungi jalur-jalur sunyi,
saya seorang pendaki yang menempuh rindu
semakn jauh dan semakin tanpa lupa.
Saya menggigil dilahap mencekamnya sepi,
bila kau rumah, mampukah saya kembali?

Udara lembab mengikis jarak antara kangen
dan mata malam yang sembab

Bulan terlihat bulat di langit sana,
temaram di antara remang sabana,
saya mengingatmu sebagai titik pulang,
maka tak boleh selesai malam ini,
tanpamu, harapan adalah petualang yang hilang

Resah selalu dilahirkan oleh jarak dan asing.
Menyembul dari ranumnya pagi,
seperti mantari yang baru terbit,
selalu dan seperti itulah saya merasakanmu

Gelisah selalu ditumbuhkan oleh praduga dan tunggu.
Seperti edelweiss yang memilih bisu,
selalu dan seperti itulah cinta yang diam,
bergeming dengan akar di tanah-tanah tandus,
menunggu tatuhnya gerimis,
dengan harap, dan nanti yang tiada kenal habis.

Suatu hari di musim hujan,
kabut tebal melingkungi jalur-jalur sunyi.
Merindukanmu adalah puncak pendakian tertinggi,
terlalu dekat dengan firasat, terlalu jauh untuk kembali

Udara lembab mengikis jarak antara kangen
dan mata malam yang sembab

Posting Komentar

0 Komentar