Disjecta Membra

 Penulis: imamfarx


Malam, hati yang lembek, dan hujan sedang berteduh di sepasang mata.

Bola-bola yang menatap nanar sedang membaca garis-garis tegas di tralis jendela, melihat fakta-fakta yang mencuat dari beberapa mawar.

Begitu seksama, seorang lelaki demikian menyukai rindu. Dan setiap hujan, ia tak bosan melumuri hatinya dengan luka.

Saya melihat tumpukan kesedihan yang begitu buruk. Ia terpecah dan terpisah-pisah.Seperti rinai gerimis yang pecah saat membentur permukaan benda. Entah itu air mata siapa, saya tidak begitu mengerti, namun saya begitu banyak menghabiskan tisu malam ini.

Seorang lelaki menghabiskan separuh malam untuk memutar lagu-lagu whiskey-blues.

Meski beberapa lagu terdengar pilu, ia membiarkannya saja, bukankah mencintaimu juga adalah kesedihan yang merdu?

Benar, luka memang tak begitu menarik untuk dicoba. Tapi untuk mencintaimu, ia mengupas hatinya berulang kali. Seperti hal yang biasa, seperti ia menguliti apel.

Entah siapa lelaki itu, saya tidak begitu memperdulikannya. Namun telah begitu banyak saya menghabiskan pisau malam ini.

Malam, hati yang lembek,dan gerimis yang sedang mengawetkan duka.

Saya ingin melepaskan, namun tak siap merasakan kehilangan.

Malam, hati yang lembek, dan saya yang sedang mengupas apel.


Posting Komentar

0 Komentar