Ketika kau mengayunkan bibirmu
“Kepalkan hatiku di dalam salam sanubari”
Tak hanya hati yang ku genggam
Seluruh jiwa raga, ku jadikan kau sebagai Tuhan
Sebelum kau mengucapkan kecupan kecup
Telah ku kecup kau melalui pertanyaan hirup
Terlalu segar, hingga melalikanku kepada ajaran-ajaran
Ketika perasaan, kenyamanan kita lantunkan
Ajaran ke-agama-an memaksa kita saling melepaskan
Bagaimana dengan Tuhan yang cemburu memandang umatnya bercumbu!? Aku malu!
2 Januari 2022
Tebasan sayap-sayap hati menerka lajangnya sanubari
Perasaan kesan beserta nyaman menggayuh luluh
Wanita dengan immortal jas merah melantunkan sumpah serapah!
“Mengapa ajaran ke-agama-an kau jadikan putusnya rantai kenikmatan?
Apakah dunia hanya untuk menyembahnya atau
Manusia dibatasi dalam retorika cinta?
Lebih-lebih, agama sebagai satir musnahnya dualism agama?
Se-akan-akan agama adalah isme yang memporak porandakan asmara!”
Innalladina amanu wa amilussolikhati sayajlalahumu rrahmanu wudda
Tuhanku Tuhanmu berbeda
Ketika kau menghempas-hempaskan perasaan
Hati tak lagi kuat mengikat
Ketika sadar daun berguguran
Dengan leluasanya, Tuhan menerima
Kisah kasih mana menebar asmara pada dunia
Asmara Tuhanlah sang maha asmara
Puitisasi Al-Quran: Di Antara Dua Asmara
Lekturiel Space
Juli 23, 2022
Dani Rizqi Septiadi
⤵
0 Komentar